Delta Plus, Varian Baru Covid-19 dari Varian Delta yang Bermutasi Lagi
Mengenal varian Delta Plus, varian virus corona yang terbentuk dari Varian Delta (B.1.617.2), diyakini lebih menular.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Delta Plus, varian baru dari virus corona, menjadi fokus perhatian di India menyusul pelaporan sejumlah kasus dari negara bagian Maharashtra serta beberapa negara bagian lainnya, India Times melaporkan.
Lebih dari 20 kasus infeksi Delta Plus ditemukan di Maharashtra, kantor berita PTI melaporkan mengutip menteri kesehatan negara bagian Rajesh Tope.
Adapun seberapa luas Delta plus menyebar, hingga kini masih banyak sampel yang belum diurutkan genomnya untuk diketahui.
Hanya sekitar 200 yang terdeteksi di seluruh dunia dan hanya sekitar 30 di India.
Maharashtra kini tengah menggali informasi lengkap tentang orang-orang yang terdeteksi dengan varian delta plus, termasuk riwayat perjalanan mereka, apakah mereka divaksinasi atau tidak, dan apakah mereka pernah terpapar Covid-19 sebelumnya.
Baca juga: Jubir Kemenkes: Ada 151 Kasus Varian Delta di Indonesia Tersebar di 8 Provinsi
Baca juga: Virus Corona Varian Delta asal India Sudah Masuk Jabar, Terdeteksi di Karawang, Lebih Cepat Menular
Dimana Delta Plus pertama kali terdeteksi?
Varian ini pertama kali terlihat di Eropa pada Maret tahun ini.
Namun, varian ini baru diperkenalkan ke publik hanya pada 13 Juni.
Pada 17 Juni, menurut GISAID, database sains terbuka, ada 63 kasus varian di seluruh dunia; termasuk enam dari India.
Menurut para ilmuwan, varian Delta (B.1.617.2) telah bermutasi lebih lanjut untuk membentuk varian Delta Plus (B.1.617.2.1 atau AY.1).
Ahli virologi sedang mencari tahu apakah varian baru ini mungkin dapat menghindari kekebalan lebih baik daripada varian Delta atau Beta.
Apa yang kita ketahui sejauh ini?
Berdasarkan apa yang diketahui sejauh ini, Delta Plus dianggap sangat menular.
Salah satu risiko potensial yang memicu kegelisahan di kalangan komunitas medis adalah bahwa varian baru ini mungkin dapat melewati kekebalan yang diberikan oleh vaksin dan infeksi sebelumnya.
Namun, saat ini, belum ada bukti bahwa varian ini dapat lebih menular daripada yang lain, kata Prof Shahid Jameel, mantan anggota INSACOG (Indian SARS-CoV-2 Genomic Consortia) dan salah satu ahli virologi terkemuka di India.
"Ini menyebabkan kekhawatiran tetapi jangan panik; apakah Delta Plus dapat mengalahkan kekebalan yang sudah ada sebelumnya lebih baik dari varian sebelumnya, itu masih harus dilihat," tambahnya.
Akankah Delta Plus lebih menular?
Delta Plus memiliki mutasi yang disebut K417N, di samping mutasi Delta sebelumnya di N501Y.
Hal yang menjadi perhatian para peneliti adalah bahwa dua mutasi ini dapat membuat virus lebih mudah menular, menurut beberapa ilmuwan.
"Kombinasi fitur dari varian sebelumnya yang lain dapat membuat Delta Plus beradaptasi lebih baik untuk melawan kekebalan," ujar Prof Jameel kepada kantor berita ANI.
Status Delta Plus saat ini
Di India, jumlah kasus Delta Plus masih rendah.
Selain Maharashtra, negara bagian lain di India yang dilaporkan melihat kasus Delta Plus sejauh ini termasuk Tamil Nadu, Punjab dan Madhya Pradesh.
Delta Plus juga belum diklasifikasikan sebagai Variant of Concern (VOC).
Sampai sekarang, Delta Plus masih dalam daftar Variant of Interest (VoI).
INSACOG saat ini sedang mempelajari potensi penularan/keparahan varian baru.
Studi juga sedang dilakukan untuk mengetahui apakah varian ini lazim di India selama Maret-April, sekitar puncak gelombang kedua.
TENTANG Varian Delta: Gejala dan Perbedaannya dengan Mutasi Lain
Varian Delta Covid-19 disebut menghasilkan gejala yang berbeda dari varian yang sebelumnya, termasuk varian Alpha yang pertama kali ditemukan di Inggris.
Dilansir Mirror, Studi Gejala Covid ZOE baru-baru ini mengonfirmasi, gejala varian Delta yang dominan saat ini lebih mirip flu, yaitu:
- sakit kepala,
- sakit tenggorokan,
- pilek, dan
- demam.
Gejala-gejala ini berbeda dengan varian Covid-19 sebelumnya.
Baca juga: Mutasi Virus Corona, Begini Awal Mula Penamaan Varian Delta
Baca juga: WHO Sebut Covid-19 Varian Delta Bermutasi di 80 Negara, Perhatikan Gejalanya
Selama pandemi, gejala utama Covid biasanya meliputi batuk kering terus-menerus, demam, dan kehilangan rasa dan penciuman.
Namun, varian Delta tampaknya 'bertindak berbeda' dan menghasilkan gejala yang berbeda pada orang yang terinfeksi.
Varian yang pertama kali diidentifikasi di India ini, juga cenderung menginfeksi orang yang lebih muda yang belum divaksin.
Tim Spector, profesor epidemiologi genetik di King's College London, dan seorang peneliti dengan studi ZOE mengatakan dalam briefing YouTube:
"Gejala nomor satu adalah sakit kepala, kemudian diikuti oleh sakit tenggorokan, pilek, dan demam."
Gejala "jadul" kurang umum, tambah Spector.
Dia menjelaskan bahwa pada orang yang lebih muda, varian Delta lebih terasa seperti pilek.
Hilangnya penciuman dan rasa tidak lagi sebagai gejala umum menurut penelitian, begitu pula dengan batuk.
Namun demam masih mungkin terjadi.
Ada kekhawatiran yang berkembang, karena perubahan gejala dan kemiripan dengan flu biasa, orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka terpapar Covid.
CDC di Amerika bahkan telah memperbarui daftar gejala mereka.
Studi ZOE adalah aplikasi yang mengumpulkan data langsung dan berkelanjutan dari empat juta pengguna di seluruh dunia, yang kemudian dianalisis oleh King's College London.
Analisis data telah menunjukkan bagaimana virus "berperilaku berbeda" sekarang.
Dr Abdul Ghafur, seorang dokter penyakit menular di India, mengatakan kepada Bloomberg bahwa dia melihat lebih banyak pasien Covid-19 dengan diare.
Varian Delta 60% lebih mudah menular daripada strain dominan sebelumnya, termasuk varian Kent (Alpha).
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan, varian Delta telah terdeteksi di lebih dari 80 negara.
Namun, dua dosis vaksin masih efektif melawan varian baru.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lain terkait Virus Corona