Covid-19 Berdampak 'Menghancurkan' Bagi Pasien HIV, TB dan Malaria
Dana Bantuan Global (Global Funds) mengatakan bahwa gangguan pada sistem perawatan kesehatan di negara-negara miskin akan memperparah kondisi pasien
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Dana Bantuan Global (Global Funds) mengatakan bahwa gangguan pada sistem perawatan kesehatan di negara-negara miskin akan memperparah kondisi pasien penderita penyakit berat.
Hal itu karena negara-negara itu tengah fokus mengerahkan seluruh fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) untuk menangani pandemi virus corona (Covid-19).
Lembaga itu pun memprediksi ratusan ribu orang akan meninggal karena Tuberkulosis (TB) jika tidak mendapatkan perawatan secara serius.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (8/9/2021), Direktur Eksekutif Global Funds, Peter Sands mengatakan bahwa pada negara paling miskin di dunia, angka kematian penderita TB dan HIV/AIDS bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan mereka yang meninggal karena Covid-19.
"Di beberapa negara termiskin di dunia, melonjaknya angka kematian akibat AIDS dan TB bahkan bisa melebihi kematian akibat Covid-19 itu sendiri," kata Sands.
Laporan tahunan IMF untuk tahun 2020, yang dirilis pada hari Rabu waktu setempat menunjukkan bahwa jumlah orang yang dirawat karena menderita TB yang resistan terhadap obat di negara-negara tempat lembaga itu beroperasi turun mencapai 19 persen.
Baca juga: India Berperang Lawan Virus Nipah, Penyakit yang Membuat Bocah 12 Tahun Meninggal
Sementara penurunan angka 11 persen dilaporkan terjadi pada program dan layanan pencegahan HIV.
Sedangkan untuk angka kematian yang tepat masih belum diketahui.
Sands menyampaikan bahwa untuk beberapa negara miskin, seperti bagian dari wilayah Sahel di Afrika, lonjakan kematian akibat kemunduran dalam memerangi penyakit seperti TB atau AIDS mungkin terbukti lebih tinggi dibandingkan Covid-19.
Perlu diketahui, lembaga yang berbasis di Jenewa, Swiss ini merupakan aliansi pemerintah, masyarakat sipil, dan mitra sektor swasta yang menginvestasikan lebih dari 4 miliar dolar Amerika Serikat (AS) per tahun untuk memerangi TB, malaria, dan AIDS.
Amerika Serikat pun diketahui sebagai negara yang menjadi donatur utamanya.
Ia kemudian menyampaikan bahwa layanan kesehatan tentunya terpengaruh oleh sistem penguncian (lockdown) yang diterapkan sementara oleh klinik, staf, dan diagnostik.
Bahkan fasyankes di negara seperti India dan seluruh Afrika yang biasanya digunakan untuk menangani pasien TB, kini malah dikerahkan untuk pasien Covid-19.
Gangguan lebih lanjut terhadap penanganan pasien TB dan AIDS pada tahun ini pun disebut karena ditambah pula munculnya varian Delta.
"Penurunan pengobatan untuk penyakit lain seharusnya menggarisbawahi 'perlunya melihat dampak total Covid-19 dan mengukur keberhasilan dalam memeranginya', tidak hanya dengan pengurangan angka kematiannya saja, namun juga dampak yang ditimbulkan terhadap pasien penyakit lain," tegas Sands.
Di sisi lain, Malaria terbukti menjadi pengecualian dalam tren pada 2020.
Karena kegiatan pencegahannya tetap stabil, bahkan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.