Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Gejalanya yang Mirip, Ini Perbedaan Serangan Rasa Panik Berlebihan dan Serangan Jantung

Serangan panik umumnya tidak berbahaya namun dapat mengganggu aktivitas jika berulang terus menerus

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Gejalanya yang Mirip, Ini Perbedaan Serangan Rasa Panik Berlebihan dan Serangan Jantung
Istimewa
Ilustrasi Serangan Jantung 

TRIBUNNEWS.COM, DEPOK -  Serangan rasa panik yang berlebihan (Panic Attack) dan serangan jantung (Heart Attack) memiliki gejala yang serupa namun tak sama yaitu meningkatnya nyeri dada.

Hanya saja pada serangan jantung yang khas, timbul rasa nyeri di areal dada yang cenderung terasa seperti ditekan beban berat, timbul saat aktivitas, lalu menyebar hingga rahang, leher atau bahu dengan keringat dingin yang mengiringi sejumlah gejala tersebut.

"Sementara timbulnya serangan panik, nyeri di dada dirasakan cenderung seperti ditusuk yang dapat dilokalisir, muncul secara tiba-tiba, bahkan dapat muncul saat istirahat atau tidur, akibat stress atau rasa cemas ekstrim, disertai perasaan takut mati atau takut hilang kendali" tutur dr. I Gusti Ayu Ratna Dewi mengawali edukasi bincang sehat melalui aplikasi Zoom yang diselenggarakan oleh manajemen Siloam Hospitals Jantung Diagram belum lama ini.

Pada edukasi bertajuk Panic Attack vs Heart Attack: How to Know Them Apart itu, dr. Ratna mengatakan, oleh karena itu perlu diingat bahwa timbulnya nyeri dada tidak selalu merupakan gejala serangan jantung, terutama jika berusia muda dan terbebas dari berbagai faktor risiko penyakit jantung setelah melalui berbagai pemeriksaan.

Serangan panik umumnya tidak berbahaya namun dapat mengganggu aktivitas jika berulang terus menerus.

Baca juga: Komnas HAM Sangat Kecewa Terjadi Serangan KKB ke Nakes di Papua

Hal utama yang dapat dilakukan penderita pada saat terjadi serangan panik yaitu berusaha mengenali keadaan serangan panik, menenangkan diri melalui pengaturan napas, dan mencoba fokus dengan keadaan sekitar (grounding).

"Cobalah untuk menenangkan diri, tarik napas dalam dengan hidung lalu hembuskan secara perlahan melalui mulut. Sembari mengatur napas, lakukan grounding yaitu fokus dengan lingkungan sekitar, dengan cara menyebutkan 3 hal yang dapat anda dengar, 3 hal yang dapat anda lihat, dan 3 hal yang dapat anda sentuh," ungkap dr. I Gusti Ayu Ratna Dewi.

BERITA TERKAIT

Timbulnya kecemasan yang berlebihan atau merasa takut yang tidak terduga tanpa pemicu yang jelas pada diikuti keadaan seperti nyeri dada, jantung berdebar cepat, pusing, tremor, rasa seperti tercekik, ketakutan, berkeringat, gelisah dan lainnya merupakan respon akibat stress yang berlebihan atau dikenal dengan "Panic Attack" (serangan panik)".

"Serangan panik ini umum disebabkan oleh adanya produksi hormon stress berlebih, akibat secara umum karena stress itu sendiri atau karena mengonsumsi alkohol atau zat kaffein secara berlebihan pun adanya faktor genetik.

Frekuensi panik ini dapat dikurangi dengan berolahraga teratur, memenangkan diri dan fokus, tidur yang cukup atau melakukan relaksasi pernafasan melalui meditasi," tutur Ratna.

Dokter Siloam Hospitals Jantung Diagram mengingatkan, jika faktor resiko penyakit jantung seperti memiliki riwayat kolesterol, hipertensi, diabetes, atau genetik yang ternyata dimiliki pasien yang sedang mengalami panic attack, maka diagnosis heart attack belum dapat disingkirkan tanpa pemeriksaan lebih lanjut seperti misalnya rekam jantung atau enzim jantung.

"Namun tetap harus waspada apabila penderita memiliki faktor resiko penyakit jantung. Bisa jadi gejala panik yang Anda miliki memang betul serangan jantung. Ini patut diwaspadai dengan pemeriksaan rutin, mengingat serangan jantung bersifat berbahaya dan mengancam nyawa jika tidak segera ditangani," katanya.

Menurut dr. Ratna, guna antisipasi, medical check up rutin sebagai deteksi dini untuk mencegah terjadinya serangan jantung, dapat dilakukan di Fasiltas Kesehatan, pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain periksa EKG dan treadmill (exercise EKG) untuk melihat tanda tanda gangguan kelistrikan jantung.

Kemudia Echocardiography untuk mendeteksi gangguan katup, dan MSCT Cardiac untuk melihat derajat penyumbatan pembuluh darah koroner, serta pemeriksaan laboratorium rutin untuk mendeteksi faktor risiko seperti kadar gula darah, dan profil lemak. Pemeriksaan enzim jantung hanya dilakukan pada keadaan akut/serangan.

"Pencegahan jauh lebih baik.

Serangan panik dan serangan jantung bisa terjadi pada siapa saja. Jika mengalami nyeri dada, sesak napas atau jantung berdebar cepat, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan usaha deteksi dini tersebut," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas