Penyakit Jantung Koroner Banyak Dialami Masyarakat Kota, Gaya Hidup Jadi Pemicunya
Jika dilihat dari tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih banyak menderita Penyakit Jantung dengan prevalensi 1,6 persen dibandingkan penduduk desa.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data Riskesdas 2018 melaporkan, prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia mencapai 1,5 persen dengan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Utara 2,2 persen, DIY 2 persen, Gorontalo 2 persen.
Selain ketiga provinsi tersebut, terdapat pula 8 provinsi lainnya dengan prevalensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi nasional.
Delapan provinsi tersebut adalah, Aceh (1,6 persen), Sumatera Barat (1,6 persen), DKI Jakarta (1,9 persen), Jawa Barat (1,6 persen), Jawa Tengah (1,6 persen), Kalimantan Timur (1,9 persen), Sulawesi Utara (1,8 persen) dan Sulawesi Tengah (1,9 persen).
"Jika dilihat dari tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih banyak menderita Penyakit Jantung dengan prevalensi 1,6 persen dibandingkan penduduk perdesaan yang hanya 1,3 persen,'' kata Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu dikutip dari siaran pers Kementerian Kesehatan, Senin (11/10/2021).
Baca juga: Kadar Lemak Darah Tinggi Picu Serangan Jantung, Lakukan Hal Ini Sebelum Terlambat!
Maxi menambahkan, Kementerian Kesehatan bersama stakeholder terkait terus melakukan upaya pencegahan kasus baru dan pengendalian penyakit dengan tujuan mendorong masyarakat untuk mengubah perilaku jadi lebih sehat melalui GERMAS serta berupaya mengontrol tingkat keparahan penyakit jantung.
![Ilustrasi jantung sehat.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ilustrasi-jantung-sehat.jpg)
Sementara di masa pandemi sekarang ini, Kemenkes juga mendorong daerah untuk menggencarkan vaksinasi bagi kelompok rentan yakni orang dengan penyakit komorbid dan lansia untuk mengurangi tingkat keparahan bahkan kematian akibat infeksi Covid-19.
Melalui prioritas percepatan ini, diharapkan dapat meningkatkan angka kesembuhan serta menekan angka kematian akibat Covid-19 terutama pada pasien lansia maupun komorbid yang menjalani perawatan di RS.
Jalani Hidup Sehat
Mewakili Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Isman Firdaus mengungkapkan, tingginya prevalensi Penyakit Jantung Koroner di Indonesia disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan pola makan yang tidak seimbang.
''Gaya hidup, merokok, dan pola makan merupakan kontributor utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK), dilaporkan 50% penderita PJK berpotensi mengalami henti jantung mendadak atau sudden cardiac death,'' terangnya.
Baca juga: Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan Dapat Tumbuh Optimal, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua
Di masa pandemi sekarang ini, orang dengan komorbid terutama penyakit kardiovaskular memiliki risiko yang sangat tinggi apabila terpapar corona karena dikhawatirkan dapat menyebabkan perburukan bahkan kematian.
Hal ini terlihat dari data di RS, yang menunjukkan, tingkat perawatan di RS dan angka kematian pasien Covid-19 dengan komorbid juga meningkat selama pandemi.
''Laporan RS dimasa pandemi menunjukkan 16,3 persen pasien yang dirawat dari ruang isolasi Covid-19 ternyata mempunyai komorbid. Namun pada situasi Covid-19, angka kematian meningkat 22-23 persen. Ini salah satunya terjadi karena paparan Covid-19 yang menyebabkan perburukan dari jantung kita,'' ujarnya.
Isman mendorong agar upaya promotif preventif terus dilakukan masyarakat untuk menghindari timbulnya masalah kesehatan penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung koroner.
Selain membudayakan pola hidup sehat, ditekankan agar masyarakat juga aktif menerapkan protokol kesehatan dan segera mengikuti vaksinasi untuk memberikan perlindungan yang optimal dari paparan Covid-19
Penyakit kardiovaskuler seperti jantung, kanker, stroke, gagal ginjal tiap tahun terus meningkat dan menempati peringkat tertinggi penyebab kematian di Indonesia terutama pada usia-usia produktif.
Data Riskesdas menunjukkan prevalensi penyakit Kardiovaskular seperti hipertensi meningkat dari 25,8 persen (2013) menjadi 34,1 persen (2018), stroke 12,1 per mil (2013) menjadi 10,9 per mil (2018), penyakit jantung koroner tetap 1,5 perse (2013-2018), penyakit gagal ginjal kronis, dari 0,2 persen (2013) menjadi 0,38 persen (2018).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.