Dampak BPA Mengkhawatirkan, Komnas PA, AIMI dan Arzeti Bilbina Sepakat Segera Lakukan Pelabelan
Bahaya Bisphenol A (BPA) dipandang sudah mengkhawatirkan. Karena itu perlu ada kebijakan tegas untuk mengatasinya. Salah satunya melalui pelabelan BPA
Penulis: FX Ismanto
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Bahaya Bisphenol A (BPA) dipandang sudah mengkhawatirkan. Karena itu perlu ada kebijakan tegas untuk mengatasinya. Salah satunya melalui pelabelan BPA.
Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dan Koordinator Presidium Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) Nia Umar mengatakan bahwa BPA adalah zat kimia yang berfungsi untuk mengeraskan plastik dan membuat bahan plastik menjadi tahan lama.
Penggunaan plastik yang mengandung BPA dikhawatirkan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti kanker, syaraf dan lain sebagainya.
BPA salah satunya terdapat pada galon guna ulang.
"Jadi ibu-ibu bukan menakut-nakuti, BPA itu ibarat polusi yang tidak kelihatan. Kalau asap masih kelihatan. BPA tidak terlihat tapi secara akumulatif dapat memicu berbagai macam penyakit, " ungkap Nia Umar dalam Diskusi Publik berjudul Bebaskan Anak, Balita, Bayi dan Janin dari Bahaya Bisphenol A (BPA) - urgensi label Bebas BPA untuk Kesehatan pada acara Selebrasi 23 Tahun Komnas Perlindungan Anak, Selasa (26/10/2021) lalu di Aula Komnas Perlindungan Anak jalan TB Simatupang no 33 Pasar Rebo Jakarta Timur.
Tidak hanya anak-anak, menurutnya bahaya BPA ini juga mengancam kepada ibu hamil dan lingkungan.
“Bahaya BPA ini berdampak bagi tubuh ibu hamil dan menyusui. Bagi yang menyusui, risiko yang ditimbulkan adalah ASI yang diminum bayi akan mengandung BPA sehingga bisa jadi si bayi ini tidak mau lagi menyusui melalui payudara ibu mereka,” ucap Nia Umar.
BPA dapat mengganggu kerja endokrin dan meniru esterogen.
Bahkan Laporan Program Toksikologi Nasional AS pada 2008 menyatakan keprihatinannya atas efek BPA kepada otak dan perilaku dan kelenjar prostat pada janin.
Oleh sebab itu, Nia mengimbau masyarakat harus berhati-hati dan memperhatikan kesehatan tubuh karena BPA ini telah ada diberbagai kemasan, mulai dari plastik, kaleng, dan galon. Dari tiga kemasan tersebut yang perlu diperhatikan adalah galon air minum.
“Galon ini harus kita perhatikan, misal air diambil dari sukabumi lalu dimasukan ke galon dan diangkut menggunakan mobil. Di mobil galon ini akan terpapar panas matahari dan belum lagi ketika sampai di supermarket atau minimarket juga akan terjemur panas matahari. Kejadian ini dapat membuat BPA larut dan masuk ke dalam air minum,” jelasnya.
Sementara sifat BPA ini akan terjadi migrasi, apabila terkena panas secara berulang-ulang dan terjadi gesekan atau goresan.
Belum lagi saat pemindahan dari truk ke depo –depo ini sangat mungkin timbulnya gesekan.
Nah BPA yang terdapat dalam galon guna ulang ini kemudian migrasi ke dalam air tersebut kemudian berpindah ke botol susu bayi, atau piring makanan bayi.