BKKBN Sebut Jarak Optimal Anak untuk Hindari Stunting
Setelah masa menyusui selesai, baru berpikir untuk hamil lagi karena jarak terlalu dekat dapat menimbulkan stunting dan menimbulkan autisme
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto

Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr Hasto Wardoyo, Sp.OG(K), menyebutkan jarak optimal anak adalah tiga tahun.
Hal ini juga sesuai dengan standar WHO yakni jarak melahirkan antar anak berikutnya adalah 36 bulan atau 3 tahun sehingga, harapannya anak dapat menerima ASI secara eksklusif selama 2 tahun.
"Setelah masa menyusui selesai, baru berpikir untuk hamil lagi.
Ini jarak yang aman karena jarak terlalu dekat dapat menimbulkan stunting, juga menimbulkan autisme," ungkapnya Live Talkshow Tribunnews, Jumat (29/10/2021).
Menurutnya, anak yang memiliki adik dengan jarak kurang dari dua tahun menimbulkan rasa cemburu.
Baca juga: Kejar Turunkan Stunting di Tahun 2024, BKKBN Latih 200.000 Calon Tenaga Pendamping Keluarga
Rasa cemburu ini dapat menimbulkan rasa stres. Anak menjadi kurang bahagia.
"Anak tidak gembira susah diajari apa saja. diajak makan saja, tidak gembira anak tidak mau makan," katanya lagi.
Di satu sisi, anak yang memiliki jarak terlalu dekat tidak mendapatkan parenting secara baik.
Hal ini bisa berisiko terjadinya mental emotional disorder.
"Hari ini angka menunjukkan 9,8 persen kejadian mental emotional disorder.
Ketika ada 100 anak-anak, 9 di antaranya mengalami mental emotional disorder," ungkapnya Hasto lagi
Anak yang mengalami gangguan emosi biasanya selalu susah diajak berkomunikasi, ada rasa cemas dan sedih tanpa sebab.
Di sisi lain ada dampak eforia, merasa hebat, hyperaktif dan sebagainya.