Ibu Hamil Wajib Tahu! Kenali Faktor Risiko dan Cegah Bayi Lahir Prematur
Meskipun ibu hamil telah melakukan banyak hal terbaik untuk bisa melahirkan bayi cukup bulan, banyak diantara yang akhirnya melahirkan bayi prematur.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
"Salah satu upaya untuk menurunkan risiko kelahiran prematur dapat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi melalui suplementasi Omega 3, Zinc, Vitamin D3, atau multi-mikronutrien," tegas Dr. Rima.
Penanganan Jika Bayi Lahir Prematur
Lalu bagaimana dengan para ibu yang akhirnya melahirkan bayi secara prematur ?
Edukasi terkait kelahiran bayi prematur ini tentu tidak hanya dibutuhkan para ibu yang masih menjalani masa kehamilan saja, namun juga kaum ibu yang baru saja melahirkan bayi secara prematur.
Karena urgensi pertumbuhan anak lahir prematur salah satunya adalah menerima perhatian dan stimulasi untuk perkembangan jangka panjang.
Maka para ibu perlu memiliki literasi terkait hal ini tentunya, agar mereka bisa senantiasa memberikan perhatian yang esktra dan stimulasi bagi si kecil yang lahir secara prematur.
Namun untuk mendukung hal tersebut, para ibu yang melahirkan bayi prematur ini juga membutuhkan dukungan mental dari orang terdekatnya, seperti suami maupun keluarganya.
Dukungan ini akan memberikan kekuatan dan semangat baginya dalam merawat bayi dengan kondisi yang memerlukan perhatian khusus ini.
Perlu diketahui, saat ibu melahirkan secara prematur, ia akan memiliki tingkat kekhawatiran yang berlebihan, begitu pula dengan tingkat stressnya.
Tidak hanya itu, mereka juga akan mengalami kelelahan karena si kecil yang lahir secara prematur harus mendapatkan perhatian yang lebih ekstra.
Pada momen inilah, pentingnya pemahaman mengenai tantangan dan penanganan kesehatan kelahiran prematur bagi ibu dan si kecil sebagai langkah intervensi tepat bagi keduanya untuk mendukung tumbuh kembang si kecil agar optimal.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatalogi, Dr. dr. Putri Maharani TM, Sp.A(K)., mengakui bahwa tantangan utama yang sering dialami mereka yang mengalami kasus prematur adalah terkait perawatan bayinya.
Karena bayi yang terlahir secara prematur, tentu akan mengalami kondisi yang sulit beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim.
Usia bayi yang terpaksa dilahirkan dengan kondisi tidak cukup bulan ini membuat organ tubuh mereka, seperti jantung hingga sistem pencernaan belum terbentuk secara sempurna.
Sehingga fungsinya pun tidak dapat optimal seperti bayi yang lahir cukup bulan.
"Kesulitan utama dalam kasus prematur ialah perawatan anak lahir prematur. Anak lahir prematur mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem pencernaannya," jelas Dr. Putri.
Nah, untuk mengurangi dampak negatif yang berpotensi muncul selama masa perawatan bayi prematur adalah melalui upaya menjaga agar Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) bisa berubah pada kondisi pertumbuhan optimal.
Langkah ini, kata Dr. Putri, bisa dilakukan dengan menerapkan metode developmental care.
"Upaya untuk meminimalkan dampak negatif selama perawatan adalah menjaga agar BBLR berada dalam kondisi yang optimal untuk tumbuh dan berkembang, salah satunya dengan menerapkan developmental care," jelas Dr. Putri.
Lalu apa itu developmental care?
Developmental care ini memiliki prinsip mengurangi stress pada sang ibu serta melakukan optimalisasi pada pemberian Air Susu Ibu (ASI) sebagai nutrisi terbaik yang dibutuhkan bayi prematur untuk menunjang tumbuh kembangnya secara optimal.
Pada momen ini, tentunya diperlukan pemantauan secara berkala, perawatan serta penanganan khusus pada bayi.
Karena ini menjadi faktor yang sangat penting bagi tumbuh kembang bayi yang terlahir prematur.
Bayi prematur yang memperoleh kenyamanan yang kondusif, tentu dapat memaksimalkan energi yang dimilikinya demi mendukung tumbuh kembangnya.
Sehingga mereka lebih cepat mencapai kondisi kesehatan yang optimal.
Nah, ibu juga bisa memenuhi faktor kenyamanan bagi bayi prematur dengan membangun ikatan yang kuat (bonding time) antara ibu dengan bayinya.
Upaya bonding time ini bisa dipertahankan sesuai usia pertumbuhan anak.
Ada pula penerapan upaya menggunakan teknik kangaroo mother care atau melakukan kontak kulit ke kulit (skin to skin) antara ibu dengan bayi melalui cara dipeluk, bayi dapat diletakkan pada dada ibu.
Ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan kehangatan pada bayi yang lahir prematur, sama seperti apa yang ia peroleh selama berada dalam kandungan.
Penerapan kangaroo mother care ini sebenarnya mengikuti pola 'dekapan kangguru' yang menciptakan kenyamanan dan kehangatan.
Dr. Putri kemudian menambahkan bahwa pemberian stimulasi sejak dini menjadi salah satu faktor yang turut mempengaruhi tumbuh kembang anak saat baru lahir.
"Stimulasi dapat merangsang hubungan antar sel otak (sinaps), sering memberikan rangsangan dapat menguatkan hubungan sinaps," jelas Dr. Putri.
Variasi rangsangan, kata dia, akan membentuk hubungan yang semakin luas dan kompleks, sehingga dapat menstimulasi terbentuknya multiple intelligent.
Stimulasi ini pun harus disertai pula pemeriksaan terkait deteksi dini tumbuh kembang anak.
Oleh karena itu, para ibu dan ayah disarankan untuk memperhatikan aspek deteksi dini ini, agar bisa mengetahui seperti apa tumbuh kembang bayi mereka sejauh ini.
Jika terjadi penyimpangan, maka tenaga medis bisa segera mengambil tindakan.
"Pemberian stimulasi harus diimbangi dengan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang oleh tenaga medis dan orang tua. Hal ini dapat membantu menemukan penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga intervensi atau rencana tindakan akan lebih mudah dilakukan," kata Dr. Putri.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin mengatakan bahwa sesuai dengan tema Hari Prematuritas Sedunia (World Prematurity Day) tahun ini yakni 'Zero Separation, ACT NOW!', Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia sengaja menggelar webinar Bicara Gizi.
Ini merupakan bukti komitmen pihaknya dalam memberikan edukasi tentang pencegahan dan penanganan kesehatan bagi Ibu yang melahirkan prematur dan anak yang dilahirkan secara prematur.
Ibu dan anak yang mengalami kasus prematur, kata dia, tentu memerlukan perhatian khusus.
Karena saat sang ibu memiliki kesehatan tubuh dan mental yang baik, maka ini akan berdampak pula pada kondisi kehamilan hingga ASI yang diberikannya.
Mental dan pemahaman yang baik terkait pentingnya memberikan kenyamanan pada bayi prematur tentu juga dapat meningkatkan bonding time antara ibu dan bayinya.
"Kami memahami bahwa pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu, selain memastikan pertumbuhan biologis anak dalam keadaan baik, memastikan status gizi baik dengan pemberian ASI, dan meningkatkan bonding time perlu digiatkan agar tumbuh kembang si Kecil optimal," jelas Arif.
Ia pun berharap webinar Bicara Gizi tersebut dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya upaya pencegahan dan penanganan pada ibu dan bayi dengan kasus prematur.
"Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya para orangtua tentang pentingnya pencegahan dan penanganan secara tepat kelahiran prematur bagi Ibu dan si Kecil," pungkas Arif.