Apa Itu Imunokompromais? Simak Penjelasan dan Rekomendasi Vaksin untuk Penderita
Imunokompromais atau Imunodefisiensi merupakan suatu kondisi melemahnya sistem imun yang ditandai dengan defek kuantitatif maupun kualitatif.
Penulis: Devi Rahma Syafira
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Imunokompromais atau Imunodefisiensi merupakan suatu kondisi melemahnya sistem imun yang ditandai dengan defek kuantitatif maupun kualitatif pada sistem imun seluler, humoral, maupun gabungan dari keduanya.
Dilansir cdc.gov, Imunodefisiensi dibagi menjadi dua, yaitu:
Imunodefisiensi primer, bersifat genetik, contohnya X-linked agammaglobulinemia dan chronic granulomatous disease.
Sedangkan imunodefisiensi sekunder, didapat akibat suatu penyakit atau tata laksana terkait manajemen suatu penyakit, seperti penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV), keganasan sistem hematopoietik, mendapatkan terapi radiasi atau obat imunosupresan, asplenia, dan penyakit ginjal kronis.
Orang-orang yang mengalami Imunokompromais sangat rentan terhadap Covid-19.
Jika mengalami Imunokompromais pada usia 5 tahun ke atas harus menerima seri primer vaksin Covid-19 sesegera mungkin.
Baca juga: Vaksinasi Booster Mulai Hari Ini, Simak Cara Cek Jadwal dan Tiket Vaksinasi Gratis di PeduliLindungi
Setelah menyelesaikan seri primer, pengidap Imunokompromais sedang atau berat harus mendapatkan suntikan primer tambahan.
Untuk usia 12 tahun ke atas harus mendapatkan suntikan booster.
Jika memenuhi syarat untuk mendapatkan suntikan primer tambahan, harus mendapatkan dosis ini terlebih dahulu sebelum mendapatkan suntikan booster.
Baca juga: Simak Kombinasi Vaksin Rekomendasi Pemerintah, Penerima Sinovac Dapat Gunakan Booster Pfizer
Imunokompromais Sedang atau Berat
Kondisi Imunokompromais dianggap mengalami gangguan kekebalan sedang atau berat, yaitu:
1. Telah menerima pengobatan kanker aktif untuk tumor atau kanker darah
2. Menerima transplantasi organ dan minum obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh
3. Menerima transplantasi sel induk dalam 2 tahun terakhir atau sedang minum obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh
4. Imunodefisiensi primer sedang atau berat (seperti sindrom DiGeorge, sindrom Wiskott-Aldrich)
5. Infeksi HIV lanjut atau tidak diobati
6. Pengobatan aktif dengan kortikosteroid dosis tinggi atau obat lain yang dapat menekan respon imun.
Jika mengalami kondisi Imunokompromais, sebaiknya melakukan konsultasi pada penyedia layanan kesehatan mereka tentang kondisi medis dan bertanya apakah mendapatkan suntikan primer tambahan sesuai kondisi.
Untuk infeksi HIV/AIDS yang simptomatik semua jenis vaksin hidup (LAV) seperti campak, yellow fever tidak boleh diberikan.
Rekomendasi Vaksin
Dilansir cdc.gov, rekomendasi untuk dosis primer tambahan vaksin mRNA Covid-19 pada kondisi Imunokompromais sedang atau berat setelah seri vaksin mRNA Covid-19 2 dosis awal.
Kondisi Imunokompromais sedang atau berat pada usia 5 tahun ke atas (penerima vaksin Pfizer-BioNTech) atau usia 18 tahun ke atas (penerima Modern) harus menerima dosis primer tambahan dari vaksin mRNA Covid-19 yang sama yang diberikan untuk seri primer 28 hari setelah penyelesaian seri 2-dosis awal.
Dosis mRNA Covid-19 primer tambahan harus produk vaksin yang sama dengan seri primer mRNA Covid-19 2-dosis awal (Pfizer-BioNTech atau Moderna).
Vaksin Janssen Covid-19 tidak diizinkan sebagai dosis primer tambahan, seseorang yang menerima vaksin primer Janssen Covid-19 dosis pertama tidak boleh menerima dosis primer tambahan.
Namun, mereka harus menerima dosis booster.
Dikutip dari in.vaccine-safety-training.org, berhadapan dengan pasien yang memiliki kekebalan (immunocompromized) harus cermat melakukan perhitungan antara potensi munculnya efek samping dengan kemungkinann mereka terkena PD3I berbahaya apabila tidak diimunisasi.
Di satu pihak seseorang dengan immunodefisiensi tidak memberikan respons yang adequat terhadap vaksin mati, sedangkan apabila diberi vaksin hidup (LAV), kemungkinan patogen dalam vaksin yang sudah dilemahkan berpotensi menjadi patogenik.
(Tribunnews.com/Devi Rahma)
Berita terkait Virus Corona