6 Penyakit yang Sering Terjadi di Musim Penghujan, dari Diare hingga Leptospirosis
Berikut 6 penyakit yang sering terjadi di musim penghujan. Mulai dari diare hingga leptospirosis.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Inza Maliana
TRIBUNNEWS.COM - Menjaga kesehatan di tengah musim penghujan perlu menjadi perhatian khusus bagi masyarakat.
Terlebih saat ini masa pandemi Covid-19 belum berakhir.
Dikutip dari kemkes.go.id, sejumlah penyakit mudah menjangkit di musim penghujan.
Berikut 6 penyakit yang sering terjadi di musim penghujan:
Baca juga: Demam Tifoid atau Tifus: Penyebab, Gejala, dan Pencegahan dengan Vaksinasi Rutin
1. Diare
Kebersihan individu (personal hygiene) menjadi hal utama yang menyebabkan penyakit diare.
Banjir yang melanda membuat sumber-sumber air minum, khususnya sumber air minum sumur dangkal dapat tercemar.
Termasuk saat masyarakat yang terdampak banjir harus mengungsi.
Fasilitas dan sarana yang terbatas menjadi potensial menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat.
Diare biasanya ditandai lebih dari tiga kali buang besar.
Bentuk feses penderita diare terlihat lembek dengan ukuran yang tidak beraturan, atau bahkan cair baik dengan atau tanpa ampas.
Baca juga: EMA Cantumkan Peradangan Tulang Belakang Langka sebagai Efek Samping Vaksin AstraZeneca
2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Penyebab penyakit ISPA berasal dari virus, bakteri, maupun berbagai mikroba lainnya.
Gejala utama ISPA berupa batuk dan demam.
Bila dalam kondisi berat kemungkinan disertai sesak napas hingga nyeri dada.
Baca juga: Apa Efek Samping Vaksin Pfizer? BPOM Setujui Lima Jenis Vaksin sebagai Vaksin Booster di Indonesia
3. Demam Berdarah
Demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Saat musim penghujan, tempat perindukan nyamuk tersebut meningkat.
Hal ini dikarenakan pada saat musim hujan banyak sampah misalnya kaleng bekas, ban bekas serta tempat-tempat tertentu terisi air dan terjadi genangan untuk beberapa waktu.
Genangan air itu yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
Untuk itu masyarakat diharapkan ikut berpartisipasi secara aktif melalui gerakan 3 M yaitu mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan air secara teratur dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat.
Apabila ada anggota keluarga yang mengalami gejala panas tinggi yang tidak jelas sebabnya disertai tanda-tanda perdarahan, maka harus segera dibawa ke sarana kesehatan.
Baca juga: Penyakit Tiroid Jangan Disepelekan, Kenali Gejalanya dan Diagnosis Lebih Dini!
4. Leptospirosis
Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri yang disebut leptospira.
Leptospirosis termasuk penyakit zoonosis, yaitu ditularkan melalui hewan.
Di Indonesia hewan penular utamanya adalah tikus melalui kotoran dan air kencingnya.
Pada musim hujan khusuanya ketika banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri.
Tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia, di mana kotoran dan kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut.
Seseorang yang menderika luka, kemudian terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran/kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, berpotensi terinfeksi.
Baca juga: Studi: Remaja dan Anak-anak Berpenyakit Kronis Lebih Berisiko Terkena Covid-19 yang Parah
5. Penyakit Kulit
Penyakit selanjutnya yang memungkinkan untuk menyerang di musim penghujan adalah penyakit kulit.
Dapat berupa infeksi, alergi maupun bentuk lain.
Kebersihan saat banjir cenderung tidak terjaga dengan baik.
Penularan penyakit kulit dapat terjadi di tempat pengungsian di mana banyak orang berkumpul.
6. Penyakit Saluran Cerna
Penyakit selanjutnya ialah mengenai saluran cerna.
Misalnya demam tifoid atau biasa disebut tifus atau tipes.
Penyebab tifus biasanya dikarenakan faktor kebersihan makanan atau minuman yang masuk ke dalam tubuh.
Gejala tifoid di antaranya demam berkepanjangan, sakit kepala, mual, diare, hingga muncul ruam pada kulit.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.