Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Pencegahan Stunting Harus Dimulai Sejak Anak Dalam Kandungan

Berdasar penelitian, dari 52 balita stunting sekitar 7,71 persen memiliki kondisi fisik dan kecerdasan di bawah rata-rata.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Pencegahan Stunting Harus Dimulai Sejak Anak Dalam Kandungan
Shutterstock
Ilustrasi ibu hamil. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Stunting adalah perawakan pendek akibat mal nutrisi kronik.

Menurut Dokter Spesialis Anak dan Guru Besar FKUI Prof. dr. Damayanti Rusli Sjarif ada dua penyebab terjadinya stunting.

Pertama, yakni kurangnya asupan gizi. Penyebabnya pun beragam.

Ada karena kemiskinan atau anak yang ditelantarkan oleh orangtua. Bisa juga karena memang ketidaktahuan dari orangtua itu sendiri.

"Tidak tahu kasih makan yang benar bagaimana. Karena banyak di sosial media, kasih makan anak bagaimana, namun berbasis bukti tidak ada yang tahu," ungkapnya dalam webinar yang diadakan oleh Harian Kompas dan Danone, Rabu (26/1/2022).

Baca juga: Menko PMK Muhadjir Effendy: Stunting itu Masalahnya Pertumbuhan Otak

Kedua karena kebutuhan gizi yang terus meningkat. Anak yang sakit, misalnya. Walau pun berusaha mencukupi nutrisi, tapi gizi kurang. Misalnya diare yang berulang karena sanitasi yang buruk.

Berita Rekomendasi

Bisa pula karena penyakit infeksi yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi. Ditambah, banyak orang yang tidak tahu terkait dampak berat bayi rendah, prematur, pertumbuhan janin terlambat dan sebagainya.

Ia pun menegaskan jika stunting harus dicegah karena dapat memengaruhi kualitas SDM negara.

Ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Damayanti pada 2018, bekerjasama dengan psikologi UI.

Dari 52 balita stunting sekitar 7,71 persen memiliki kondisi fisik dan kecerdasan di bawah rata-rata.

"Dan yang berat badan gak naik ade kuat. Sudah 1:4 yang mengalami IQ di bawah rata-rata. Jadi ini masa depan kita di sini. Anak balita sekarang akan menjadi pemimpin kita di 25 tahun ke depan," tegasnya.

Dimulai dari pihak kebidanan yang bisa melihat apakah plasentanya baik atau tidak. Selain itu juga dipantau apakah pertumbuhan janin normal atau ada kelainan. Harus ada USG yang dilakukan oleh para dokter.

Selain itu kalau sudah lahir, harus ditangani. Walau terlambat, masih bisa diperbaiki untuk masalah kognitif pada usia dua tahun pertama. Karena di masa itu pertumbuhan otak terhitung cepat, yaitu 25-85 persen.

"Makanya di awal bukan cari stunting, tapi berat badan naik atau tidak. Kalau berat badan tidak ade kuat, segera dirujuk," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas