Asupan Gizi Seimbang untuk Cegah Stunting, Dimulai dari Porsi Isi Piring
Banyak anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang baik sehingga terjadi stunting, lantas seperti apa asupan gizi yang seimbang?
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang baik berpotensi mengalami stunting.
Asupan gizi yang baik didapatkan dari makanan yang tepat sesuai yang tersedia.
Gizi yang baik adalah pondasi penting bagi seorang anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama bagi mereka yang tumbuh dan berkembang di lingkungan rentan.
Dikutip dari sehatnegeriku.kemkes.go.id, hasil survei Status Gizi Indonesia (SGI) 2021 menunjukkan 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting dan 1 dari 10 anak mengalami gizi kurang.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, upaya strategis yang harus dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah gizi terutama stunting dimulai dengan deteksi dini.
Baca juga: Pencegahan Stunting Harus Dimulai Sejak Anak Dalam Kandungan
Baca juga: Strategi Cegah Stunting Melalui Edukasi Bersama untuk Wujudkan Generasi Sehat di Masa Depan
"Penguatan promosi pemberian makanan bayi dan anak mencakup inisiasi menyusui eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan sampai dengan 2 tahun. Pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) dengan mengutamakan asupan makanan tinggi protein hewani sejak anak berusia 6 bulan yang mana sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak,” katanya pada talkshow Hari Gizi Nasional secara virtual, Selasa (25/1/2022).
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Gizi FEMA IPB Prof. Dr. Hardiansyah menjelaskan pencegahan stunting harus diawali dengan prinsip pencegahan, yakni mencegah sedini mungkin.
"Artinya remaja sehat bergizi baik kemudian calon pengantin yang sehat dan bergizi baik merupakan langkah awal mencegah anak stunting," ucapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, pencegahan stunting dimulai dari porsi isi piring dengan kandungan gizi seimbang, salah satunya untuk pembentukan kolagen bagi kebutuhan tulang rawan.
Tetapi secara umum jika sudah makan 3 jenis lauk pauk setiap hari, maka semua kebutuhan asam amino esensial untuk pembentukan kolagen sudah terpenuhi.
Kandungan gizi seimbang bisa didapatkan dari pangan yang banyak beredar di masyarakat.
Untuk ibu hamil atau sebelum bayi lahir, pangan yang dianjurkan setiap kali makan adalah ikan minimal 4 kali seminggu dengan porsi minimal 75 gr – 100 gr, 1-2 butir telur sehari, susu, pangan hewani, dan lauk pauk.
Sementara itu, pangan yang terbukti mencegah stunting setelah bayi lahir adalah ASI, berbagai MP ASI, telur setelah 1 tahun 1 butir sehari, setelah 6 bulan antara setengah sampai satu butir telur sehari, kemudian diberi susu pertumbuhan, pangan hewani, dan lauk pauk.
Baca juga: Faktor Ekonomi Jadi Penyebab Tingginya Angka Stunting di DKI Jakarta
Baca juga: Setiap Tahun Ada 430 Ribu Anak Berpotensi Stunting, Ini Trik BKKBN Mencegahnya
Pangan Gizi Seimbang berdasarkan Permenkes Nomor 41 Tahun 2014, antara lain:
1. Ibu Hamil
- Makan Pagi
Makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2 porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 1 porsi, buah 1 porsi, gula 1 porsi, lemak 1 porsi, dan air putih atau air mineral 2 porsi.
Makanan selingan pagi bisa makanan pokok 1/2 porsi, buah 1 porsi, dan air minum 1 porsi.
- Makan Siang
Makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2 porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 2 porsi, buah 1 porsi, lemak 2 porsi, dan air putih 2 porsi.
Makanan selingan siang terdiri dari makanan pokok 1/2 porsi, gula 1 porsi, air putih 1 porsi.
- Makan Malam
Makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2 porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 1 porsi, buah 1 porsi, lemak 1 porsi, susu 1 porsi, air minum 2 porsi.
Satu porsi makanan pokok seperti nasi sebanyak 100 gr atau 1 piring sedang dan dapat diganti dengan ubi jalar kuning 1 buah ukuran sedang atau 135 gr.
Lauk hewani merupakan 1 porsi ikan pepes 45 gr atau 1 potong ukuran sedang.
Lauk hewani bisa diganti dengan daging ayam 1 potong ukuran sedang 40 gr.
Lauk nabati bisa dengan 1 porsi tempe goreng 50 gr atau 1 potong ukuran sedang.
Lauk nabati dapat diganti dengan tahu 2 potong ukuran sedang 100 gr.
Kemudian, untuk sayuran bisa dengan 1 porsi sayur bayam 100 gr sebanyak 1 mangkok kecil atau dapat diganti dengan kacang panjang 1 gelas sayuran 100 gr.
Kebutuhan buah bisa dengan 1 porsi pisang ambon 50 gr atau 1 buah pisang ukuran sedang, dapat diganti dengan jeruk manis 1 buah ukuran sedang sebanyak 100 gr.
Selanjutnya, untuk minuman terdiri dari 1 porsi susu atau air putih satu gelas 250 ml.
2. Bayi
- Usia 0 – 24 bulan harus diberi ASI
- Usia 6 – 9 bulan mulai diberi MPASI berupa makanan lumat
- Usia 9 – 12 bulan diberi MPASI makanan lembek
- Usia 12 – 24 bulan mulai diberi makanan keluarga
Frekuensi makan bagi bayi per hari usia 6 – 9 bulan sebanyak 2 – 3 kali makanan lumat ditambah 1 – 2 kali makanan selingan ditambah ASI.
Jumlah setiap kali makan terdiri dari 2 – 3 sendok makan penuh setiap kali makan dan tingkatkan secara perlahan sampai setengah dari cangkir mangkok ukuran 250 ml tiap kali makan.
Pada usia 9 – 12 bulan diberi 3 – 4 kali makanan lembek ditambah setengah kali makanan selingan ditambah ASI.
Porsi makanan sebanyak setengah mangkuk ukuran 250 ml.
Selanjutnya, untuk bayi usia 12 – 24 bulan sebanyak 3 – 4 kali makanan keluarga ditambah 1 – 2 kali makanan selingan plus ASI.
Jumlah setiap kali makan sebanyak 3/4 mangkuk ukuran 250 ml.
(Tribunnews.com/Latifah)