Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Pembahasan Tuberkulosis di Forum G20 Jadi Langkah Kongkret Pemerintah Eleminasi TB

dengan mengusung isu TB di pertemuan tingkat tinggi internasional, Indonesia bisa mendorong kembali komitmen

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Sanusi
zoom-in Pembahasan Tuberkulosis di Forum G20 Jadi Langkah Kongkret Pemerintah Eleminasi TB
Freepik
Ilustrasi skrining TBC dengan rontgen dada. 

Topik bahasan TB di G20 juga dinilai tepat saat ini, mengingat 50 persen kasus TB dunia teridentifikasi di negara-negara anggota G20 seperti India, China, Indonesia, Afrika Selatan, Brasil, dan Rusia. Indonesia sendiri merupakan negara ketiga dengan beban kasus TB terbanyak di dunia, setelah India dan China.

Posisi Indonesia dalam G20 khususnya di forum kesehatan dengan topik penanggulangan TB punya arti yang besar. Perlu inisiatif yang harus dilakukan dalam membahas serta menetapkan langkah-langkah penanggulangan TB secara global dan juga di Indonesia saat ini.

Sejak 2020 fokus penanggulangan TB dinilai mulai terganggu oleh fokus seluruh dunia untuk
menanggulangi pandemi COVID-19.

Momentum HWG I di G20 menjadi saat tepat untuk mengarahkan kembali fokus negara-negara di dunia ke kasus TB yang belum tuntas.

Terlebih, G20 merupakan forum ekonomi dengan anggota 19 negara dan 1 uni eropa yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar dunia saat ini.

"Kami mendukung program pemerintah dalam eleminasi TB di Indonesia. PDPI juga pro aktif memberikan masukan yang relevan dan inovatif kepada Kemenkes terkait penanggulangan TB di Indonesia. PDPI sendiri merupakan bagian dari komite ahli dalam Satgas TB Nasional, yang berperan aktif menanggulangi TB di Indonesia,” ujar dr. Fathiyah.

Terdapat lebih dari 30 cabang PDPI di Indonesia dan setiap cabang kini memiliki kelompok kerja (pokja) penanggulangan TB. Pokja ini bekerja mulai dari penemuan kasus, diagnosis kasus, mencegah pasien putus berobat, hingga mendampingi pasien sampai sembuh.

Berita Rekomendasi

“Tantangan tersendiri dalam penanganan TB di Indonesia adalah, masyarakat masih memandang penyakit ini sebagai stigma negatif. Masih banyak masyarakat yang tidak mau memeriksakan dirinya. Bahkan walaupun ada pasien sudah terdiagnosis TB, mereka tidak mau berobat,” terang dr. Fathiyah.

Masyarakat yang memiliki gejala TB, diimbau untuk harus segera memeriksakan diri ke dokter. Kemudian apabila terdiagnosis TB harus segera berobat. Pasien TB sangat perlu dukungan orang-orang terdekat di sekitarnya untuk terus berobat dan yang paling penting tidak putus pengobatan.

Hal ini tentunya juga memerlukan pendampingan yang konsisten dari tenaga kesehatan, termasuk juga dokter.

Karena perawatan pasien TB memerlukan kesabaran yang tinggi, PDPI juga membekali dokter spesialis paru dari sisi penguatan komitmen agar bisa membantu pasien tuberkulosis supaya tidak putus berobat.

Selain itu PDPI selalu memberikan update terkini mengenai diagnosis, tatalaksana, dan pengobatan TB sebagai bagian dari penanggulangan TB.

“Dokter spesialis paru selalu melakukan tatalaksana terbaik untuk menyembuhkan pasien TB. Kedua kita terus memperbarui ilmu pengetahuan agar bisa mengobati pasien dengan benar."

"Kalau misalnya ada pengobatan yang terbaru, baik untuk kasus TB sensitif maupun TB-Resisten dokter spesialis paru harus yang menjadi pertama untuk tahu,” kata dr. Fathiyah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas