Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Waspadai Kanker Rongga Mulut, Terasa Perih Tapi Berbeda dengan Sariawan

Data WHO jumlah kasus kanker bibir dan rongga mulut di dunia menyentuh angka lebih dari 377 ribu.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Waspadai Kanker Rongga Mulut, Terasa Perih Tapi Berbeda dengan Sariawan
net
Waspadai Kanker Rongga Mulut, Terasa Perih Tapi Berbeda dengan Sariawan 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kanker rongga mulut menjadi satu kanker yang patut diwaspadai.

Dari data World Health Organization (WHO) tahun 2020, jumlah kasus kanker bibir dan rongga mulut di dunia menyentuh angka lebih dari 377 ribu dengan jumlah kematian yang diakibatkan mencapai lebih dari 177 ribu jiwa.

Ada berbagai gejala atau tanda-tanda dari kanker rongga mulut yang perlu diketahui.

Baca juga: Imunisasi Rutin Anak Kini Jadi 14 Vaksin, termasuk HPV untuk Cegah Kanker Serviks

Baca juga: Ketahui Penyebab Bau Mulut saat Puasa Serta Penanganannya

Pasalnya, semakin cepat deteksi dini maka probabilitas kesembuhan juga semakin tinggi.

Berikut seperti disampaikan oleh

Dokter spesialis bedah mulut, drg. Didit Istadi, Sp.BM menyampaikan gejala-gejala kanker rongga mulut yang patut diwaspadai.

Berita Rekomendasi

Berikut gejalanya seperti dikutip dari keterangan tertulis Senin (25/4/2022).

Gejala pertama kanker rongga mulut adalah rasa perih yang dialami pada rongga mulut berlangsung lama.

Berbeda dengan sariawan, rasa perih yang disebabkan sariawan dapat hilang dalam 2-3 hari, akan tetapi rasa perih dari kanker rongga mulut tidak hilang dalam hanya beberapa hari saja.

Kedua, juga berbeda dari sariawan yang lukanya dapat hilang setelah 2 minggu, luka kanker rongga mulut tidak akan hilang dengan sendirinya.

Artinya, jika menemukan luka yang tidak sembuh setelah 2 minggu, maka dapat dicurigai hal tersebut sebagai kanker rongga mulut.

Ketiga, kanker rongga mulut mempunyai ciri tidak bisa diobati dengan obat-obatan biasa.

“Ciri khas yang ketiga adalah tidak bisa diobati dengan obat, tidak bisa diaobati dengan atibiotik, tidak bisa dikurangi sakitnya dengan pengurang sakit,” tutur drg. Didit Istadi.

Segera konsultasikan ke dokter jika menemukan kejanggalan. Disamping itu, guna mencegah dari penyakit tersebut, diharapkan untuk terus memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan terus mengonsumsi makanan bergizi, olahraga, serta istirahat yang cukup.

“Saya ingatkan untuk harus sering ngaca, jadi tolong dilihat, tolong diraba, apa ada perubahan warna, ada sesuatu dirasakan, ada benjolan atau tidak. Kemudian pas tidak puasa makanlah makanan yang bergizi, olahraga, serta istirahat cukup yang merupakan arah-arah ke menjaga kekebalan tubuh,” pesan drg. Didit Istadi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas