Dampak Komsumsi Suplemen Berlebihan di Usia Muda
Perilaku konsumsi suplemen secara berlebihan dan jangka panjang tersebut dapat mengakibatkan penyakit gagal ginjal.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perilaku konsumsi suplemen secara berlebihan dan jangka panjang tersebut dapat mengakibatkan penyakit gagal ginjal.
Konsumsilah suplemen sesuai aturan dan dosis.
Hal ini diutarakan oleh dokter spesialis penyakit dalam serta konsultan ginjal hipertensi dari RSA UGM, dr. Putu Kusumarini, MPH., Sp.PD., KGH, dalam talkshow yang disiarkan melalui kanal Youtube Rumah Sakit Akademik UGM pada Selasa, (26/4/2022), lalu.
Baca juga: Waspadai Temuan BPOM, Ada 1.094 Obat Tradisional dan Suplemen Mengandung Bahan Kimia Berbahaya
Baca juga: Pasien Penyakit Ginjal Jangan Konsumsi Suplemen dan Susu Sembarangan, Ini Penjelasan Dokter
Dari data Kementerian Kesehatan, banyak penderita gagal ginjal berusia muda.
Dokter Putu menuturkan, banyaknya pasien berusia muda karena perilaku mengonsumsi suplemen secara berlebihan. Misalnya anak-anak yang rajin belajar supaya dapat melek selama belajar, mereka mengonsumsi suplemen secara berlebihan.
Suplemen jika dikonsumsi sesuai dosis dan hanya 1 atau 2 hari saja, maka tidak akan masalah, tapi jika melebihi dari ketentuan dan dikonsumsi berbulan-bulan serta bahkan bertahun-tahun maka dapat memicu gagal ginjal.
“Bahkan, saya pernah dapat pasien yang ingin kulitnya putih mulus dan lalu dia mengonsumsi suplemen tertentu. Padahal, petunjuk konsumsinya hanya sekali sehari, tapi dia mengonsumsinya 2 kali dalam sehari dan selama tiga tahun, akhirnya ya gagal ginjal. Jadi buat anak muda, memang suplemen-suplemen itu aman, tapi asal dikonsumsi sesuai dosisnya dan tidak jangka panjang,” tutur Dokter Putu.
Untuk itu kedepan, masyarakat dapat bijak dalam mengonsumsi suplemen.
Komsumsi sesuai aturan berlaku yang tertera pada label suplemen.
Selain itu, masyarakat juga tidak terlalu bergantung pada suplemen tetapi terus mengonsumsi makanan yang sehat, olahraga yang cukup, istirahat yang cukup, hindari makan makanan yang berpengawet, dan jangan sampai mengonsumsi makanan dengan pewarna bukan pewarna makanan.
Mengutip hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2013, prevalensi gagal ginjal kronis persen berdasarkan pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2 persen, atau sekitar 499.800 jiwa.
Pada laporan Riskesdas tahun 2018, angka tersebut mengalami kenaikan menjadi 0,38 persen, atau 713.783 jiwa.