Marak Anak Cuci Darah di RSCM, IDAI: Secara Nasional Tak Dilaporkan Lonjakan Kasus Gagal Ginjal
Isu tentang banyaknya anak yang menjalani terapi cuci darah di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta jadi sorotan.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belakangan isu tentang banyaknya anak yang menjalani terapi cuci darah di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta jadi sorotan.
Terkait hal ini, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso ungkap tidak ada lonjakan kasus gagal ginjal pada anak.
"Secara nasional, tidak dilaporkan lonjakan kasus gagal ginjal yang signifikan sebagai mana tahun lalu ketika ada kasus keracunan Dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG) (pada obat)," ungkap dr Piprim pada keterangan resmi, Minggu (28/7/2024).
Terapi cuci darah pada anak, nyatanya sudah biasa dilakukan sejak lama.
Di RSCM sendiri memang memiliki unit khusus untuk layanan hemodialisis atau cuci darah pada anak.
"Oleh karena itu, di unit khusus itu memang semua isinya pasien anak-anak yang mengalami gangguan ginjal terminal dan butuh hemodialisis," imbuhnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan apa saja penyebab anak mengalami gagal ginjal terminal sehingga dibutuhkan cuci darah.
Misalnya, karena ada kelainan bawaan atau genital pada saluran kemihnya.
Pada kasus ini, anak-anak tersebut sudah alami kelainan sejak lahir. Seperti ginjal berukuran lebih kecil, adanya kista dan lainnya.
Kemudian penyebab lain bisa disebabkan karena lupus sistemik yang mengenai ginjal dan berujung cuci darah.
"Sebab lainnya adalah masalah gaya hidup. Ini nanti berkaitan dengan obesitas hingga sindrom metabolik," imbuhnya.
Anak-anak yang obesitas akan mengalami inflamasi derajat rendah dan berlangsung secara kronik.
"Yang kalau secara gabungan, ditambah hipertensi, obesitas, bisa merusak ginjal. Dan lama-kelamaan bisa menyebabkan ginjalnya rusak terminal dan perlu dilakukan cuci darah," tutupnya.