Mungkinkah Hepatitis Akut Bisa Jadi Pandemi Seperti Covid-19
Belum juga selesai kasus Covid-19, dunia kembali dihadapkan dengan kemunculan penyakit hepatitis akut berat.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Belum juga selesai kasus Covid-19, dunia kembali dihadapkan dengan kemunculan penyakit hepatitis akut berat.
Penyakit yang menyerang anak-anak ini, pertama kali terdeteksi di Inggris dan kemudian bermunculan diberbagai negara termasuk Indonesia.
Pakar ilmu kesehatan dari FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, satu penyakit tidak dapat dibandingkan begitu saja dengan penyakit lainnya, banyak faktor yang berbeda yang mempengaruhinya.
Baca juga: CDC Keluarkan Peringatan Soal Wabah Hepatitis Akut pada Anak-anak
Baca juga: Persamaan Covid-19 dan Hepatitis Akut, Berawal dari Penyakit yang Belum Diketahui Penyebabnya
Pertanyaan baru muncul, apakah ada kemungkinan hepatitis akut berat sekarang ini menjadi pandemi jika dilihat proses yang terjadi pada Covid-19.
Ia menjelaskan, Covid-19 pertama terdeteksi oleh WHO pada 31 Desember 2019, kala itu namanya masih Pneumonia of unknown cause, pneumonia/radang paru yang belum diketahui penyebabnya.
Satu bulan kemudian, pada 30 Januari 2020, penyakit ini oleh WHO sudah dinyatakan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau (Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang meresahkan dunia), sesuai aturan International Health Regulation (IHR).
Pada 30 Januari 2020 itu, atau sebulan sesudah dideteksi maka sudah ada hampir 20 ribu kasus konfirmasi dan suspek, tepatnya 19.961. Juga sudah ditemukan bukti adanya penularan antar manusia.
"Karena kasus terus berkembang dengan berbagai dimensinya maka pada pada 11 Maret 2020 Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO," ujarnya melalui pesan tertulisnya, Kamis (12/5/2022).
Sementara Acute hepatitis of unknown aetiology (istilah yang senada dengan Pneumonia of Unknwon Cause di awal Januari 2020 untuk Covid) atau Hepatitis (radang hati akut) yang belum jelas penyebabnya ini mulai dideteksi WHO pada 5 April 2022.
Sesudah lebih dari sebulan berjalan, jumlah kasus probable di dunia sekitar 300an. Data sampai 10 Mei 2022 di dunia tercatat 348 kasus probable dari 21 negara, 26 diantaranya memerlukan transplantasi hati.
Di sisi lain, juga belum ada informasi yang jelas tentang ada tidaknya penularan antar manusia.
"Sampai sekarang Hepatitis Akut Berat ini belum dinyatakan sebagai PHEIC, karena masih membutuhkan data ilmiah yang lebih jelas lagi," ungkap mantan petinggi WHO Asia Tenggara ini.
Menurut Tjandra, walaupun memang tidak bisa dibandingkan secara langsung, tetapi setidaknya situasi sebulan sesudah ditemukan adalah amat berbeda antara Covid-19 dengan hepatitis akut berat sekarang ini.
"Namun, kita semua tentu perlu waspada penuh dan melakukan antisipasi memadai, jangan abai tetapi juga jangan pula panik. Lakukan penanggulangan sejalan perkembangan ilmu yang ada, dan beri penjelasan menyeluruh pada masyarakat luas," imbuh Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.