Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Epidemiolog Sebut Tidak Tahu Berapa Lama Virus Monkeypox Telah Menyebar

Ahli Epidemiologi Amerika Serikat (AS) Profesor Anne Rimoin telah mempelajari virus cacar monyet (Monkeypox) selama sekitar dua dekade.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Epidemiolog Sebut Tidak Tahu Berapa Lama Virus Monkeypox Telah Menyebar
rte.ie
Roche mengklaim berhasil menemukan alat tes Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dapat mendeteksi penyakit cacar monyet (Monkeypox), saat virus itu menyebar ke luar dari negara endemik.Epidemiolog Sebut Tidak Tahu Berapa Lama Virus Monkeypox Telah Menyebar 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, LOS ANGELES - Ahli Epidemiologi Amerika Serikat (AS) Profesor Anne Rimoin telah mempelajari virus cacar monyet (Monkeypox) selama sekitar dua dekade.

Ia bahkan telah lama memperingatkan bahwa penyebaran virus ini di negara seperti Republik Demokratik Kongo dapat memiliki implikasi kesehatan global yang lebih luas di masa depan.

"Jika Monkeypox menjadi semakin kuat di reservoir satwa liar di luar Afrika, maka kita akan melihat kemunduran kesehatan masyarakat," jelas Prof Rimoin.

Baca juga: Inggris Konfirmasi Penularan Komunitas Cacar Monyet

Epidemiolog yang kini juga menjadi Profesor Epidemiologi di UCLA Fielding School of Public Health di Los Angeles ini sebelumnya telah memperingatkan mengenai hal tersebut dalam sebuah artikel 2010 yang diterbitkan pada Proceedings of the National Academy of Sciences.

Dikutip dari laman CNN, Jumat (3/6/2022), ia menyampaikan bahwa wabah Monkeypox terbaru terbukti sebagian sulit diprediksi, karena ia dan para ilmuwan lainnya belum dapat sepenuhnya melacak mengenai asal-usulnya.

Staf medis yang mengenakan peralatan pelindung memasuki area karantina pusat LSM medis Internasional Doctors Without Borders (Medecins sans frontieres - MSF), di Zomea Kaka, di wilayah Lobaya, di Republik Afrika Tengah pada 18 Oktober 2018.
Staf medis yang mengenakan peralatan pelindung memasuki area karantina pusat LSM medis Internasional Doctors Without Borders (Medecins sans frontieres - MSF), di Zomea Kaka, di wilayah Lobaya, di Republik Afrika Tengah pada 18 Oktober 2018. (CHARLES BOUESSEL / AFP)

"Kami bahkan tidak tahu berapa lama virus ini telah menyebar, ini bisa saja menyebar secara diam-diam untuk sementara waktu. 'Sepertinya kami sedang menonton serial baru, tapi kami tidak tahu persis di episode mana kami menyaksikannya'. Maksud saya, apakah kami di episode dua, atau kami di episode empat, atau kami di episode 10? Dan ada berapa episode dalam serial ini? Kami tidak tahu," tegas Prof Rimoin.

Berita Rekomendasi

Perlu diketahui, kasus Monkeypox pada manusia, sebelumnya tidak dianggap terlalu jauh dari paparan awal terhadap hewan yang terinfeksi, biasanya hewan pengerat.

Baca juga: Empat Kasus Monkeypox Dikonfirmasi di Brussels Belgia

Namun setelah virus tersebut beredar diantara hewan-hewan ini, virus dapat terus melompat kembali ke manusia yang mungkin bersentuhan dengan tupai atau hewan pengerat lainnya yang terinfeksi.

"Jika kita terus melihat penularan dari orang ke orang yang berkelanjutan dalam wabah ini, bahkan pada tingkat rendah, itu akan membawa kemungkinan limpahan kembali ke hewan di negara-negara non-endemik," papar Prof Rimoin.

Limpahan seperti itu, kata dia, kemudian dapat memungkinkan virus untuk tetap berada di lingkungan, melompat antara hewan dan manusia dari waktu ke waktu.

"Kendati demikian, meskipun pengetahuan kami tentang virus ini sudah ada sejak beberapa dekade lalu, virus ini sekarang menyebar diantara tempat dan populasi baru. Bagi para Ahli Epidemiologi, ini mengindikasikan bahwa kami harus tetap berpikiran terbuka. Kami memang tahu cukup banyak tentang virus ini, namun pada saat yang sama kami tidak tahu segalanya tentang virus ini. Kami harus mempelajari ini dengan sangat hati-hati," pungkas Prof Rimoin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas