Penyakit Vitiligo Pengaruhi Psikologis Penderitanya, Bisakah Sembuh Total?
Gangguan psikologis sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien vitiligo yang berada dalam rentang usia anak – anak hingga dewasa.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Gangguan psikologis sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien vitiligo yang berada dalam rentang usia anak – anak hingga dewasa.
Vitiligo adalah penyakit yang menyebabkan warna kulit memudar. Area kulit yang memudar biasanya bertambah besar seiring waktu.
Baca juga: Yuk Kenali Vitiligo, Penyakit Depigmentasi Kulit yang Dapat Dicegah Jika Ditangani Lebih Dini
Terlebih anak-anak yang sering mengalami kasus perundungan.
Bisakah penyakit ini disembuhkan total?
Dokter spesialis Kulit dan Kelamin Dr. dr. Reiva Farah Sp.KK., M.Kes mengatakan sampai saat ini belum ada pengobatan yang bisa menyembuhkan penyakit tersebut secara total.
Pasien akan menjalani serangkaian pengobatan dan terapi untuk membantu menyamarkan dan memperbaiki warna kulit.
Baca juga: Sinar UV, Krim Topikal, atau Laser, Mana Perawatan Terbaik Penderita Vitiligo?
"Sebenarnya bisa disembuhkan gak sih ini? Bisa, tapi berbeda-beda setiap orang, ada yang cepat, ada yang lama, ada yang sembuh, ada yang muncul-muncul kembali, bahkan ada yang tidak sembuh," kata dia dalam konferensi pers virtual bersama Regenesis, Rabu (22/6/2022).
Ia mengatakan, pasien dapat mengoleskan krim Kortikosteroid, Calcineurin Inhibitors, maupun Calcipotriol. Mengikuti terapi sinar UV hingga prosedur bedah.
Untuk itu, penting bagi masyarakat dan pasien memahami penyakit Vitiligo lebih luas agar bisa mengendalikan stres.
Bahkan, dalam penanganannya pendampingan psikolog diperlukan.
"Kelainan kulit ini membuat seseorang menjadi tidak percaya diri atau minder, serta mempengaruhi psikologis seseorang.
Karena, kurang meluasnya edukasi tentang vitiligo diseluruh lapisan masyarakat," jelas dia.
Diketahui, ada sekitar 5 juta penduduk Indonesia yang hidup bersama vitiligo.
Dalam sebuah jurnal disebutkan bahwa kondisi Indonesia yang merupakan daerah tropis dengan index UV yang cukup extreme > 8 ( WHO ) menjadi salah satu faktor risiko terjadinya vitiligo.
Namun hingga saat ini penyebab pasti penyakit ini belum diketahui. Sampai sekarang dianggap sebagai masalah yang kompleks.
Terjadinya vitiligo melibatkan faktor genetik dan faktor non genetik, seperti akibat penyakit autoimun atau kondisi lingkungan.
Kehadiran Selflove Movement yang dilaunching 2021 lalu merupakan campaign Program CSR Regenesis Indonesia ini diharapkan dapat menjadi wadah para vitiligan dan keluarga atau para dokter untuk saling sharing dan juga menginspirasi satu sama lain.
Diharapkan vitiligan mulai membuka diri dan bahkan mulai percaya diri dengan keadaan dirinya.