Singapura Juga Setop Peredaran Es Krim Rasa Vanila Merek Haagen-Dazs yang Mengandung Pestisida
Singapura telah melakukan penarikan terlebih dahulu terhadap produk Es Krim Rasa Vanila merek Haagen-Dazs.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sebelum Indonesia, negara tetangga Singapura telah melakukan penarikan terlebih dahulu terhadap produk Es Krim Rasa Vanila merek Haagen-Dazs.
Dikutip dari Badan Pangan Singapura atau Singapore Food Assosiation (SFA) pada (8/7/2022) telah memerintahkan penarikan dua produk es krim vanila Haagen-Dazs, menyusul ditemukannya etilen oksida, pestisida yang tidak diizinkan untuk digunakan dalam makanan.
Baca juga: Daftar 17 Varian Es Krim Haagen-Dazs yang Ditarik oleh BPOM karena Mengandung Etilen Oksida
Langkah SFA dalam penarikan produk juga mengikuti arahan Standar Makanan Australia Selandia Baru (FSANZ) untuk alasan yang sama, pada Kamis (7/7/2022).
"Meskipun tidak ada risiko langsung untuk konsumsi makanan yang terkontaminasi dengan etilen oksida tingkat rendah, paparan jangka panjang dapat menyebabkan masalah kesehatan," kata SFA.
"Oleh karena itu, paparan zat ini harus diminimalisir sebanyak mungkin," tambah keterangan SFA.
Produk asal Prancis ini harus ditarik dari pasaran karena ditemukannya Etilen Oksida (EtO), dengan kadar melebihi batas yang diizinkan oleh European Union (EU),
Baca juga: BPOM RI Hentikan Peredaran Es Krim Rasa Vanila Merek Haagen-Dazs dari Pasaran
Di Indonesia dalam keterangan BPOM RI produk yang ditarik adalah Es Krim Rasa Vanila merek Haagen-Dazs kemasan pint dan mini cup.
Produk es krim dengan merek yang sama untuk kemasan 100 ml dan 473 ml yang diimpor dari Prancis terdaftar di Badan POM dan beredar di Indonesia. Juga memperluas penarikan ke jenis kemasan lainnya, yaitu bulkcan (9,46 L).
Sementara, es krim merek Haagen-Dazs lainnya yang terdaftar di Badan POM tetap dapat beredar di Indonesia.
Diketahui, EtO merupakan pestisida yang berfungsi sebagai fumigan untuk makanan dan tekstil. Sementara dalam jumlah besar, etilen oksida juga digunakan untuk mensterilkan peralatan di RS seperti alat bedah.
Dikutip dari CDC Amerika Serikat, paparan etilen oksida dapat menyebabkan sakit kepala, mual, muntah, diare, kesulitan bernapas, kantuk, kelemahan, kelelahan, mata dan kulit terbakar, radang dingin, dan efek reproduksi.