Aktivitas Fisik Berlebihan Picu Serangan Jantung, Atlet Rentan Mengalaminya
Karenanya, di negara-negara maju semua atlet profesional harus mengikuti skrining khusus untuk mengidentifikasi siapa yang berisiko.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktivitas fisik berlebihan dan latihan yang berat dapat memicu serangan jantung.
Hal itu diungkap Dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah DR. dr. M. Yamin, Sp.JP(K) dalam webinar RS Eka Hospital, Jumat (22/7/2022).
Ia menyebut, olahragawan atau atlet misalnya, rentan terkena serangan jantung meski mereka menerapkan pola hidup sehat.
Alasannya, jantung atlet akan menebal karena adanya latihan fisik yang berat dan intensif.
Terlebih lagi, jika seseorang punya kelainan struktural pada jantung sebelumnya.
"Penebalan otot jantung dengan latihan itu akan semakin tebal, otot jantung yang tebal itu beresiko untuk terjadinya konslet listrik yang bisa menyebabkan kematian mendadak," kata dia.
Oleh karena itu di negara-negara maju semua atlet profesional harus mengikuti skrining khusus untuk mengidentifikasi siapa-siapa yang berisiko tinggi untuk mengalami kematian mendadak.
"Saya sarankan untuk orang-orang yang punya faktor resiko misalnya ada saudara kandungnya meninggal mendadak usia muda atau setiap dia melakukan aktivitas atau olahraga ada keluhan sesak, berdebar atau lemas, jangan dipaksa. Lakukan cek up dulu apakah anda akan beresiko untuk tidak," terangnya.
Baca juga: Penyakit Jantung Penyebab Kematian Terbanyak Jemaah Haji Indonesia, Ini Faktor Pemicunya
Dokter Yamin menyebut bahwa serangan jantung memang lebih rentan menyerang usia 40 tahun ke atas.
Adapun memicu serangan jantung yang bisa mengakibatkan kematian sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor risiko lain.
"Kalau dia di atas 40 tahun kematian mendadak itu biasanya sering disebabkan oleh penyakit jantung koroner yang kita kenal dengan serangan jantung. Jadi kalau terjadi biasanya serangan jantung tentu ada faktor resikonya," ujar dia.
"Selain usia, faktor risiko lainnya adalah merokok, diabetes, hipertensi, kegemukan kolesterol tinggi," tambah dokter Yamin.
Namun demikian ia menerangkan, kematian mendadak juga tidak semata-mata hanya disebabkan penyakit jantung, ada penyakit di luar jantung yang bisa memperburuk kondisi jantung misalnya Covid-19.
"Selain mengenai paru-paru itu virusnya bisa juga langsung menyerang otot jantung jadi sering pasien-pasien Covid-19 meninggal karena gagal jantung ada virusnya selain reaksi-reaksi peradangan akibat dari Covid-19 itu sendiri," jelas dokter yang berpratik di RS Eka Hospital ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.