Penelitian, 6 dari 10 Ibu Menyusui Merasa Tak Bahagia Saat Berikan ASI pada Anak
Hanya 44% ibu menyusui merasa bahagia dalam menjalankan proses menyusui karena dukungan yang optimal.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penelitian terbaru dari Health Collaborative Center (HCC) menunjukkan 6 dari 10 Ibu menyusui merasa tidak bahagia saat menjalankan proses menyusui karena kurangnya mendapat dukungan.
Penelitian dilakukan Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, dan associate researcher Bunga Pelangi.
Hasilnya, hanya 44 persen ibu menyusui merasa bahagia dalam menjalankan proses menyusui karena dukungan yang optimal.
“Penelitian kami ini menemukan fakta bahwa terdapat hampir 60% atau 6 dari 10 ibu menyusui yang merasa tidak bahagia dengan proses menyusui selama pandemi," ungkap dr Ray pada konferensi pers virtual, Minggu (8/8/2022).
Dari 1920 responden ibu menyusui, diketahui bahwa penyebab utama perasaan tidak bahagia adalah karena aspek dukungan yang diharapkan tidak maksimal.
Secara umum, sebanyak 90% atau 1810 responden menyatakan bahwa perlu didukung oleh suami. Khususnya pada dukungan psikologis dan dukungan ke layanan kesehatan.
Pihak kedua yang perlu mendukung Ibu menyusui adalah anggota keluarga, khususnya ibu dari ibu menyusui (59% atau 1182 responden).
Baca juga: Mengenal Manfaat Perawatan Kulit Berbahan Retinol dan Ini Bahayanya Jika Digunakan Ibu Menyusui
Menurut pemaparan dr Ray, dukungan utama yang diharapkan memang dari suami dan keluarga inti. Dan berdasarkan penelitian ini, mayoritas ibu tidak mendapat dukungan tersebut.
Ketika dukungan hilang, dan ibu menyusui merasa tidak bahagia dengan proses laktasi, makan potensi gagal ASI sangat besar. Sehingga ibu juga bisa mengalami konsekuensi stres.
Faktor kedekatan antar perempuan serta ibu ke anak dan sebaliknya menjadi hal krusial dalam meningkatkan perilaku menyusui.
Selain itu, ibu juga membutuhkan dukungan terkait informasi yang berhubungan dengan pengalaman dan praktik baik dalam menyusui.
“Ketika ibu kehilangan support, terutama dari suami, maka proses menyusui menjadi sekadar menjalankan fungsi biologis. Memberi makan bayi saja," kata dr Ray lagi.
Akibatnya, selama menyusui dapat menghilangkan esensi untuk memberi kedamaian. Begitu pula dengan kebahagiaan secara emosional atau psikologi bagi ibu sendiri.
Menurut dr Ray, hal ini harus dihindari. Karena dalam proses menyusui, ibu juga butuh bahagia, tidak stres dan menikmati prosesnya.