Upaya Turunkan Stunting di Indonesia, Mulai dengan Pemberian TTD dan Makanan Tambahan Protein Hewani
Upaya pencegahan stunting dimulai dengan pemberian TTD bagi para remaja putri dan pemberian makanan tambahan protein hewani pada anak usia 6-24 bulan.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Simak inilah tiga upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan untuk mencegah stunting di Indonesia.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan bahwa upaya pencegahan stunting akan dimulai pada wanita sebelum kehamilan.
"Kita ditugaskan menurunkan angka stunting dari 24 persen ke 14 persen di tahun 2024. Kita sudah belajar bahwa intervensi atau program yang harus kita lakukan untuk bisa menurunkan stunting, fokus diarahkan bagi wanita sebelum melahirkan," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat memberikan sambutan di acara Kampanye Gizi Seimbang dan Pemecahan Rekor MURI yang diselenggarakan oleh Pemprov Jabar, Kamis (11/8/2022).
"Jadi yang intervensi akan fokus diarahkan pada wanita sebelum melahirkan, baik remaja di kelas 7 keatas dan juga pada saat ibunya hamil itu adalah titik yang paling rawan menyebabkan stunting," lanjut Menkes, dikutip dari sehatnegeriku.kemkes.go.id.
Upaya pertama pencegahan stunting adalah pemberian TTD bagi para remaja putri.
Baca juga: Wapres Maruf Amin Minta Kemenkes Siapkan Posyandu Jadi Sentra Penanganan Stunting
Kegiatan tersebut telah dimulai dengan menggalakkan Aksi Bergizi di Sekolah dengan 3 paket intervensi yakni pemberian TTD mingguan bagi remaja putri, aktivitas fisik dan konsumsi makanan bergizi seimbang.
"Untuk remaja kita harus pastikan mereka tidak kekurangan gizi dan zat besi, jadi harus ada program untuk memastikan para remaja kita sebelum hamil tidak kekurangan zat besi. Salah satunya dengan pemberian TTD di sekolah-sekolah," terang Menkes.
Kedua, dengan pemberian TTD pemeriksaan kehalalan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil.
"Gizi dan zat besi pada ibu hamil harus tercukupi. Programnya adalah kita kasih makan yang cukup, untuk melaksanakan ini kita butuh bantuan Pemda. Kita juga memberikan USG ke seluruh puskesmas, kita wajibkan ibu-ibu datang minimal 6 kali selama 9 bulan, untuk melihat perkembangan janinnnya cukup atau tidak. kalau tidak kita bisa segera lakukan intervensi," terang Menkes.
Upaya ketiga, dengan pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan.
Menkes mengatakan, protein hewani ini tidak perlu yang mahal.
Ada banyak sumber protein hewani yang harganya terjangkau dan bisa didapatkan dengan mudah.
"Yang paling penting menurunkan stunting dengan menambahkan protein hewani seperti telur, ikan, ayam, daging dan susu. Terserah di masing-masing daerah yang tersedianya, yang penting protein hewani," ujar Menkes.
Baca juga: Presiden Jokowi Prioritaskan Percepatan Penurunan Stunting
Baca juga: Cara Pemberian MPASI yang Aman dan Benar untuk Cegah Stunting
Selain itu, guna memastikan ketiga upaya tersebut berjalan optimal, Kemenkes telah menambahkan 2 metode pengukuran yang harus diperhatikan oleh petugas kesehatan.
Untuk remaja putri, pemberian TTD dilakukan dengan mengukur kadar hemoglobin dalam darah menggunakan alat HB meter.
Alat cek HB ini telah tersedia dan siap didistribusikan ke seluruh puskesmas di Indonesia.
"Pemerintah pusat sudah membeli 10 ribu HB Meter mobile untuk seluruh puskesmas, yang bisa dibawa ke sekolah-sekolah untuk mengikuti apakah udah cukup zat besinya. Kalau belum berarti setiap hari harus minum TTD," lanjut Menkes.
Sementara untuk ibu hamil, pengukuran zat besi dan gizi dilakukan dengan penyediaan USG di semua puskesmas.
Melalui alat ini, perkembangan dan pertumbuhan bayi bisa terpantau, sehingga jika ada kondisi yang tidak sesuai dapat segera terdeteksi.
"Pengadaan USG ini akan dilakukan bertahap. Tahun ini 60 persen, tahun depan sisanya 40%. Dipilih USG, karena USG bisa mengukur panjang bayi di dalam janin. Kalau saat diukur tubuhnya pendek, kita jadi tahu ibunya kekurangan gizi jadi kita lakukan intervensi lebih banyak untuk menambah gizi sang ibu," terang Menkes.
Menkes optimis ketiga program tersebut dapat berhasil dan mampu mengurangi angka stunting di Indonesia.
"Kalau ketiganya bisa kita lakukan, Insya Allah stuntingnya bisa turun, dukungan seluruh pihak sangat penting untuk memastikan intervensi ini berjalan optimal," terang Menkes.
Apa Itu Stunting?
Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah "Stunting".
Melansir dinkes.karanganyarkab.go.id, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.
Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.
Padahal, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.
Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
(Tribunnews.com/Latifah)