VIDEO EKSKLUSIF| Dokter Zubairi Djoerban: Penderita HIV/AIDS Bisa Lebih Fit Hingga Boleh Menikah
dokter Zubairi mengungkapkan penderita HIV/AIDS bisa sehat dan meminimalisir penularan, dengan syarat tidak putus obat.
Editor: Srihandriatmo Malau
Si X (penderita ODHA) ini, yang terinfeksi HIV. Itu dia dapatnya (tertularnya) dari mana?
Iya jadi penerawang kami ternyata ada banyak yang ternyata dari hubungan seksual saja. Jadi riwayatnya waktu itu dari Amerika Los Angeles, San Francisco, New York, New Jersey yang di sebelah sana kebanyakan teman-teman muda di kalangan laki sama laki.
Kalau yang di New York dan New Jersey kebanyakan penggunaan narkotika. Jadi gampang ketahuan. Dan gampang ketahuan lagi ternyata bisa lewat laki ke perempuan. Dan kemudian makin banyak ditemukan di Afrika dan di hampir semua benua akhirnya.
Baca juga: Bisakah Indonesia Bebas HIV di Tahun 2030? Ini Analisa Prof Zubairi
Dan ternyata penularan laki ke perempuan dan perempuan ke laki, jauh lebih banyak daripada penularan homoseksual dan dalam tanda kutip orang yang lain seksual, bisa hetero bisa mono, kemudian narkotik, dan ketiga lewat transfusi darah.
Jadi waktu itu pasien-pasien hemofilia mendapatkan faktor 8 ini intinya adalah donor dikumpulkan banyak kemudian diolah. Ketika tercemar satu, maka semuanya kena, banyak di Indonesia kasus yang saya tangani dengan hemofilia.
Kemudian, setelah cara tesnya, sekarang proses untuk faktor 8 sudahi, dan darah yang keluar dari PMI dan program transfusi darah manapun disaring bersih, 99,9 persen tidak bisa 100 persen tapi bisa dikatakan semuanya tidak terjadi penularan.
Nah keempat, jadi kalau seorang Ibu tertular HIV dan dia hamil, disitu resiko bayinya tertular itu antara 20-30 persen. Namun kemudian kalau Ibu ini minum obat maka resiko penularan nol.
Sekarang di banyak negara bagian di Amerika tidak ada lagi bayi lahir dari ibu yang positif yang tertular karena si Ibu minum obat.
Baca juga: Prof dr Zubairi Djoerban Cerita Awal Mula Terdeteksi HIV/AIDS di Indonesia
Namun kenyataannya di Indonesia berbeda karena Ibu ini ternyata tidak semua ibu hamil tes HIV itu yang terjadi di kita dan penularan di layanan kesehatan (jarum suntik).
Jadi misalnya menyuntik seseorang setelah suntik jangan ditutup lagi nah proses penutup ini kemudian bisa meleset. Jadi sekarang tidak boleh lagi, recapping, menutup kembali spet ke tutupnya. Itu yang kelima.
Baca juga: Selain Imunisasi dan Obat ARV, Anak dengan HIV Harus Dipantau Tumbuh dan Kembangnya
Dari kelima itu yang paling tinggi persentasenya yang mana (penularan)?
Yang paling tinggi dari laki ke perempuan, perempuan ke laki, heterogen. Penularan seksual.
Apakah fenomena LGBT di Indonesia yang semakin hari semakin marak justru bisa menjadi pengungkit atau pemicu infeksi HIV/AIDS?
Iya kan dari awal memang mula-mula dulunya di sana. Saya kira edukasi yang berulang-ulang itu ternyata yang banyak orang merasa cukup, ternyata tidak cukup karena masih banyak yang tidak tahu mengenai penularan.
Mari simak cerita lengkapnya pada video di atas.(TIM TRIBUN)