Berikut Pertolongan yang Dapat Dilakukan pada Percobaan Bunuh Diri
Anna menyebutkan Isyarat bunuh diri merupakan fase destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan mendapatkan perhatian dari orang sekitar
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus bunuh diri perlu jadi perhatian serius oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pasalnya, angka kasus bunuh diri terus saja terjadi. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau WHO pada Juli 2022 saja mencatat dalam 100 kematian di dunia, satu di antaranya karena bunuh diri.
Guru Besar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Prof Budi Anna Keliat masyarakat perlu tahu tanda dan pertolongan pertama yang bisa dilakukan, pada percobaan bunuh diri.
Anna menyebutkan Isyarat bunuh diri merupakan fase destruktif yang diarahkan pada diri sendiri.
Ini bertujuan mendapatkan perhatian dari orang sekitar atau disebut dengan tahap 'crying for help.
Baca juga: 10 September Memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, Begini Sejarahnya
Tahap ini ditunjukkan pada mereka yang memiliki ide bunuh diri, selalu berbicara soal kematian.
Tanda selanjutnya memiliki akses terhadap alat untuk melakukan bunuh diri, beberapa alat tersebut bisa berupa alat, racun dan sebagainya.
Tidak sampai di sana, sebelumnya mereka juga sering menunjukkan keinginan unuk bunuh diri, seperti menulis surat atau menunjuk ahli waris.
Lalu, pernah melakukan upaya bunuh diri atau sebelumnya berhubungan dengan sesuatu yang berkaitan dengan mengakhiri hidup.
Lantas apa yang mesti dilakukan?
Prof Anna menyebutkan ada beberapa pertolongan pertama yang bisa dilakukan, pada percobaan bunuh diri.
Pertama, pastikan situasi diri, korban dan lingkungan aman.
Kedua, segera panggil bantuan, bisa dari pihak kepolisian atau rumah sakit terdekat.
Ketiga, jika korban dalam kondisi stabil, namun dalam keadaan terluka, maka lakukan pertolongan pertama.
Keempat, amankan lingkungan korban dari benda-benda yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
"Kelima, ajak korban berbicara dan sampaikan bahwa korban tidak sendiri. Katakan bahwa mereka berharga dan hidup akan jadi lebih baik lagi,"ungkapnya pada Webinar Johnson & Johnson Indonesia kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, Sabtu (11/9/2022).
Keenam, dengarkan korban saat menceritakan perasaan dan keadaan dengan sabar dan tenang. Ketujuh, jangan mendominasi pembicaraan, biarkan dan dorong untuk menceritakan kondisinya.
Kedelapan, jangan menghakimi korban, berdebat dan meremehkan masalah korban. Jangan menantang korban dan tampilkan rasa empati.