Tiga dari 100 orang di Indonesia Usia 50 Tahun ke Atas Alami Kebutaan
Penyebab utama gangguan penglihatan sendiri adalah kelainan refraksi. Sedangkan penyebab utama kebutaan adalah katarak.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah penderita gangguan penglihatan di Indonesia berdasarkan, survey Rapid Assessment of Avoidable Blindness diperkirakan, 3 dari 100 orang berusia lebih dari 50 tahun mengalami kebutaan. Atau, sekitar 1,6 juta orang.
Penyebab utama gangguan penglihatan sendiri adalah kelainan refraksi. Sedangkan penyebab utama kebutaan adalah katarak.
Sampai saat ini, masalah mata masih menjadi perhatian pemerintah. Dan masih banyak sekali orang yang mengalami gangguan penglihatan.
Di Indonesia, kurang lebih ada 1 juta orang mengalami kebutaan. Sementara itu ada sekitar 5 sampai 6 juta orang mengalami gangguan penglihatan, dan sebagian masih mungkin untuk diatasi.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan gangguan penglihatan dan kebutaan merupakan masalah yang berdampak pada hampir sepertiga populasi dunia.
Dan saat ini diperkirakan akan terus meningkat.
Baca juga: Bahaya Gas Air Mata Bagi Tubuh, Sebabkan Kebutaan Sementara hingga Gagal Napas
''Penyakit prioritas pada gangguan penglihatan adalah yang pertama katarak kemudian diikuti kelainan refraksi, glaukoma, dan retinopati diabetik,'' ujar Dirjen Maxi pada konferensi pers Hari Penglihatan Sedunia, Selasa (4/10/2022).
Cara mengatasi gangguan penglihatan secara komprehensif meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang merupakan amanah dari undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pemerintah pun menargetkan penurunan gangguan penglihatan sebesar 25 persen pada 2030. Strategi penanggulangan gangguan penglihatan mulai dari penguatan advokasi dan koordinasi lintas program dan lintas sektor.
Serta, penguatan peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, pendekatan asesmen kesehatan yang berkualitas. Melalui peningkatan SDM, standardisasi, dan penguatan surveilans sampai pemantauan serta evaluasi kegiatan.