Sulit Menahan Buang Air Kecil, Ketahui Terapi Mengatasi Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine umumnya dialami oleh lansia, dan lebih sering dialami oleh wanita dibandingkan pria.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Ketika terapi tersebut sudah tidak mungkin dilakukan terapi bisa melalui tindakan operasi, baik yang sifatnya minimally invasive surgery atau bedah terbuka. Keuntungan terapi minimally invasive hanya meninggalkan luka sayatan ringan.
Berikut beberapa tindakan yang bisa dilakukan di Juncenter RS YPK Mandiri, untuk mengembalikan kondisi akibat inkontinensia urine seperti penggunaan terapi kursi elektromagnetik.
dr. Nadir Chan, Sp.O.G, Subsp.Urogin RE mengatakan, terapi kursi elektromagnetik bisa dilakukan sembari duduk biasa dan tetap menggunakan busana lengkap.
Saat terapi dijalankan, kursi magnet akan menginduksi kontraksi otot supramaksimal dengan mengeluarkan getaran yang membuat dasar panggul hingga otot terdalam berkontraksi setara dengan 11.000 hingga 20.000 gerakan Kegel. Hanya dalam waktu 30 menit.
Otot-otot dasar panggul akan terlatih kembali secara merata. Demikian pula dengan kontrol neuromuskularnya. Kursi magnetik termasuk tindakan non-invasif. Namun meski tanpa rasa nyeri, beberapa hari pasca tindakan pasien mungkin akan merasakan seperti habis olahraga sedang hingga berat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan BTL Research, 95 persen dari pasien inkontinensia urin menyatakan perbaikan kondisi dari hari ke hari setelah penggunakan kursi elektromagnetik. Sementara 85 persen lagi menyatakan merasa kepuasan hubungan intimnya menjadi lebih baik.
Meski demikian kursi elektromagnetik tidak dianjurkan penggunaannya pada beberapa kondisi, yakni wanita hamil dan pengidap masalah jantung dan pasien kanker, menggunakan implant metal atau IUD, alat pacu jantung atau pompa medis, mengalami endometriosis dan luka di sekitar area yang akan diterapi dan mereka yang berusia kurang dari 18 tahun, indeks massa tubuh kurang dari 25.
Selain TOT dan kursi magnetik ada pula FemiLift sebagai terapi masalah dasar panggul yang termasuk minimally invasive. Femilift menggunakan teknologi laser CO2.
Femilift tak hanya untuk menangani masalah inkontinensia urin semata. Tapi secara luas bisa untuk juga untuk mengembalikan keremajaan (rejuvenasi) area panggul dan area intim bagian luar dan dalam. Baik penampilan maupun sensasinya tanpa bedah.
Hanya dengan 1-3 kali terapi, jaringan kulit dan mukosa dipanaskan hingga terbentuk kolagen baru. Kolagenlah yang paling menentukan kekenyalan sebuah jaringan.
Prosedurnya juga cukup sederhana. Sebuah alat berbentuk tube kecil berisi laser CO2 akan dimasukkan ke vagina. Alat ini kemudian menembakkan sinar secara merata, berputar 36 derajat ke seluruh permukaan dinding rahim. Kedalaman sinar hanya sekitar 3 milimeter dari permukaan kulit.
Bagaimana dengan penelitian penggunaan FemiLift untuk mengurangi gejala inkontinensia urin tipe tekanan? Pada 2002 pernah dilakukan penelitian oleh para dokter ahli Fernandi Moegni, Nadir Chan, Budi I. Santoso, Raymond Surya dan Leonardo Tanamas.
Dua puluh subjek ikut dalam penelitian menggunakan terapi laser CO2 terfraksi intravaginal tiga sesi berbeda, dengan jarak satu bulan menggunakan laser CO2 terfraksi Femilift dari Alma Lasers.
Pasien diminta mengisi quesioner tak hanya tentang keluhan inkontinensia urin mereka, tapi juga kualitas hidup dan kualitas kehidupan seksual. Perineometri dilakukan juga untuk menguji hasil dari penelitian ini.