Waspada Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak, Diawali Batuk Pilek, Lalu Urine Berkurang
Tanda terkena gangguan ginjal akut misterius diawali dengan gejala infeksi seperti batuk, pilek atau diare serta muntah lalu urine berkurang.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan, sampai Oktober ini ada 131 kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak di Indonesia.
Angka kejadian ini bahkan meningkat sejak dua bulan terakhir.
Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) memaparkan, secara umum tanda terkena gangguan ginjal akut misterius diawali dengan gejala infeksi seperti batuk, pilek atau diare serta muntah.
Baca juga: IDAI Tidak Temukan Hubungan Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak karena Interaksi Obat
Infeksi ini tidaklah berat, bukan tipikal infeksi yang kemudian harusnya menyebabkan acute kidney injury secara teoritis di kedokteran.
"Jadi itulah yang membuat kami heran hanya beberapa hari timbul batuk, pilek, diare atau muntah dan demam kemudian dalam 3 sampai 5 hari mendadak tidak ada urine," ujar Dokter Eka dalam konferensi pers IDAI, Selasa (11/10/2022).
Ia menuturkan, keluhan terbanyak yang datang dari pasien adalah volume urine sangat berkurang sampai tidak sama sekali mengeluarkan urine.
"Tidak bisa buang air kecil. Betul-betul hilang sama sekali BAK nya. Jadi anak-anak ini hampir seluruhnya datang tidak buang air kecil atau buang air kecil sangat sedikit," jelas dokter yang berpratik di RSCM, Jakarta ini.
Baca juga: IDAI Sebut Ada 131 Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak di Indonesia
Karena itu, orangtua perlu meningkatkan kewaspadaan jika terjadi penurunan volume urine pada anak-anak.
Segera periksakan ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Sejauh ini data yang dihimpun IDAI, penyakit gangguan ginjal akut misterius pada anak ini mayoritas menyerang anak-anak usia balita.
"Pada umumnya anak-anak balita yang terbanyak tapi ada juga usia sampai 8 tahun di jakarta. Kalau yang di luar Jakarta kurang lebih sama, di bawah 5 tahun juga, tapi ada sampai belasan tahun," tutur dia.
Dokter Eka memaparkan, sampai saat ini pihaknya masih terus melakukan investigasi terkait penyebab pasti gangguan ginjal akut misterius ini.
"Kami memang betul-betul belum ada konklusi. Kami sudah mencari berbagai panel infeksi," imbuhnya.
Bisa Sampai Cuci Darah
Dokter Eka menyebut, jika mengalami penurunan fungsi ginjal yang berat sampai tidak ada urin maka harus melakukan cuci darah.
Sementara intervensi yang dilakukan adalah melakukan terapi obat atau cairan.
"Jika kemudian produksi urinenya ada lagi, ini artinya kita hanya memberikan pengobatan konservatif tanpa terapi cuci darah," kata dia.
Tetapi untuk pasien yang sudah diberikan obat tetap tidak ada urine maka akan dilakukan cuci darah, hemodialisis atau venatorial dialisis yaitu cuci darah dengan mesin atau melalui selaput perut pasien itu sendiri.