Ketahui Tentang Penyakit Katarak Kongenital, Terjadi dari Kehamilan yang Bermasalah
Anak-anak yang menderita katarak kongenital umumnya terjadi karenai kehamilan bermasalah yang sering kali tidak disadari orang tuanya.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Willem Jonata
"Saat mengetahui betapa sulitnya mendapatkan kacamata khusus untuk anak-anak yang menderita katarak kongenital ini, kami memutuskan untuk memberikan bantuan khususnya bagi anak-anak dari keluarga pra-sejahtera," bebernya.
"Kami langsung menghubungi mitra kami, salah satu pembuat lensa terbaik di dunia, ZEISS di Jerman, untuk membuatkan lensa khusus bagi anak-anak penderita katarak kongenital,” kata Alex mengenang kejadian pertama kali di tahun 2019 saat kesulitan orang tua mencarikan sepasang kacamata bagi anak mereka yang menderita katarak kongenital.
Selain ukuran ketebalan, ukuran lensa juga harus mengikuti ukuran khusus setiap anak karena ada parameter optikal yang menjadi pertimbangan.
“Kami sangat ingin membantu anak-anak yang menderita katarak kongenital untuk bisa melihat sekitarnya, memandang orang tua yang mencintai mereka, melihat sekitarnya untuk belajar dan berkembang. Kami ingin melihat lebih banyak anak-anak yang bisa tersenyum melihat dunia, punya kesempatan belajar dan berkembang seperti anak-anak lainnya,” ujar Alex.
Alex menambahkan, perusahaannya mengalokasikan dana sebesar Rp 10-12 juta rupiah untuk pembuatan setiap pasang kacamata khusus ini.
Pihaknya mempersilakan keluarga pra-sejahtera yang memiliki anak dengan katarak kongenital untuk menghubungi peruusahaan dan Tim Optik Tunggal akan menerima data yang masuk dan membuat prioritas penerima kacamata khusus ini.
"Kami juga akan proaktif mengunjungi keluarga-keluarga tersebut di rumah mereka apabila tidak memungkinkan bagi mereka untuk mendatangi Optik Tunggal karena berbagai keterbatasan,” ungkapnya.
Pengalaman Asri Welas
Salah satu orang tua yang memiliki anak dengan katarak kongenital adalah public figure Asri Welas. Rayyan Gibran Ridha Rahardja atau Ibran lahir tahun 2017.
Dia diketahui memiliki kelainan pada matanya saat masih berusia beberapa bulan. Asri Welas mengaku masih sangat ingat, dia dan suami mengetahui saat Ibran lahir.
“Saya dan suami menduga kondisi kelainan mata pada Ibran anak kedua kami. Saat itu Ibran masih berusia lima bulan, dan kami menemukan Ibran tidak merespon gerakan yang ada di depan matanya,” kenang Asri Welas.
“Yang membuat kami sangat sedih, saat itu tidak ada informasi apapun tentang katarak kongenital pada anak yang bisa saya dapatkan," ujarnya.
Prof Nila menilai penyediaan kacamata gratis bagi rehabilitasi visual anak-anak pasca operasi katarak kongenital ini sangat membantu anak-anak penderital katarak kongenital.
"Kacamata khusus ini sangat dibutuhkan tapi sangat mahal. Bantuan Optik Tunggal sangat membantu orang tua, yang juga ingin anak mereka tumbuh dan berkembang dengan normal. Lebih dari itu, bantuan kacamata ini memberikan kesempatan bagi anak-anak yang kurang beruntung untuk bisa berkembang dan maju seperti anak-anak lainnya,” ujarnya.