Duh, Penelitian Tunjukkan Konsumsi Burger Berdampak Buruk untuk Perubahan Iklim
Mengkonsumsi tidak lebih dari setara dengan dua burger per minggu 'akan berkontribusi' pada perang melawan perubahan iklim.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Mengkonsumsi tidak lebih dari setara dengan dua burger per minggu 'akan berkontribusi' pada perang melawan perubahan iklim.
Hal ini ditemukan dalam penelitian baru yang dilakukan oleh beberapa organisasi iklim terkemuka dan diterbitkan pada Rabu kemarin.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (27/10/2022), laporan State of Climate Action 2022 menilai kemajuan global pada 40 indikator yang diyakini sangat penting untuk menjaga target iklim Perjanjian Paris 2030 agar tetap 'dalam jangkauan'.
Salah satu faktornya dirumuskan sebagai 'Kurangi konsumsi daging ruminansia per kapita harian menjadi 79 kilokalori di seluruh wilayah yang terindikasi memiliki konsumsi tinggi'.
Baca juga: Peringatan Hari Burger Sedunia 28 Mei, Berikut Sejarahnya
Menurut penelitian, 'beralih ke pola makan yang lebih sehat dan berkelanjutan' harus dipercepat lima kali lipat, dengan pengurangan konsumsi daging 'menjadi kira-kira dua burger per minggu di seluruh Amerika, Eropa dan Oseania'.
Perlu diketahui, peternakan hewan secara luas diyakini berkontribusi terhadap pemanasan global karena emisi peternakan, perusakan habitat dan pembangkitan gas rumah kaca.
Sementara itu, Perjanjian Paris 2015 yang ditandatangani oleh hampir 200 negara, mewajibkan negara-negara tersebut untuk mengurangi separuh emisi mereka pada 2030 untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius, dengan demikian dapat mengurangi dampak perubahan iklim.
Laporan tersebut mencatat bahwa antara tahun 2015 hingga 2019, konsumsi daging sapi, domba dan kambing di 'wilayah konsumen tinggi' telah berkurang 1,5 persen mencapai 91 kilokalori per kapita per hari pada 2019.
Baca juga: Burger King Tolak Tutup 800 Restoran yang Ada di Rusia
"Namun, kecepatan penurunannya jauh. terlalu lambat untuk mencapai target 2030," kata laporan itu.
Menurut laporan tersebut, untuk menghindari 'semakin berbahaya, dan dalam beberapa kasus, dampak iklim yang tidak dapat diubah', proses penghapusan batu bara juga harus dipercepat enam kali lipat.
Sementara penurunan laju deforestasi tahunan harus terjadi 2,5 kali lebih cepat dan meluas, begitu pula dengan transportasi umum yang harus enam kali lebih cepat.
"Investasi dalam pembiayaan iklim global perlu tumbuh lebih dari 10 kali lebih cepat, sekitar 460 miliar dolar Amerika Serikat (AS) setiap tahun dalam dekade ini," tegas laporan itu.
Diantara tanda-tanda yang menggembirakan, laporan tersebut mencantumkan peningkatan penggunaan sumber daya nol-karbon dan transisi cepat ke kendaraan listrik.
Menurut Kepala Bezos Earth Fund, Andrew Steer yang turut ambil bagian dalam penelitian bersama dengan World Resources Institute dan Climate Action Tracker, laporan tersebut harus membangkitkan dua emosi.
"Pertama, rasa malu dan marah karena kita gagal memenuhi komitmen kita untuk bertindak. Kedua, rasa harapan dan kemungkinan bahwa perubahan nyata ada dalam genggaman dan dapat mengarah pada ekonomi yang lebih sehat, warga yang lebih sehat serta masyarakat yang lebih sehat," jelas Steer.
Penulis laporan meyakini bahwa ini akan menjadi 'buku pegangan yang sangat berharga' untuk Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang akan diadakan pada November mendatang di Mesir, serta untuk pemerintah, masyarakat sipil dan perusahaan.