Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Gangguan Mental yang Dihadapi Banyak Anak Muda di Korea Selatan

Dari total 13.205 kematian akibat bunuh diri pada 2021, sekitar 5.258 diantaranya memiliki riwayat perawatan kesehatan mental.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
zoom-in Gangguan Mental yang Dihadapi Banyak Anak Muda di Korea Selatan
promisesbehavioralhealth.com
Ilustrasi. 

Selama periode yang sama, jumlah yang dirawat karena gangguan panik meningkat dari 653.694 menjadi 865.108.

Data menunjukkan peningkatan pesat di kalangan anak muda Korea.

Depresi naik 127,1 persen, meningkat diantara usia 20-an, 90,2 persen untuk remaja, dan 67,3 persen untuk mereka yang berusia 30-an.

Sementara jumlah mereka yang dirawat karena gangguan panik meningkat 86,7 persen untuk mereka yang berusia 20-an dan 78,5 persen di kalangan remaja.

Salah satu masalah gangguan jiwa adalah 'sering muncul secara bersamaan' dan ini bisa membuat kondisi pasien semakin parah.

Asisten Profesor Psikiatri di Konkuk University Medical Center, Jeon Hong-jun menemukan dalam studinya pada 2020 bahwa bukan hanya pasien gangguan panik saja yang lebih mungkin menderita agorafobia, karena memiliki kedua penyakit tersebut cenderung meningkatkan penderitaan pasien.

"Temuan ini menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan panik disertau agorafobia (PDA) mengalami gejala panik yang lebih parah, komorbiditas psikiatris yang lebih dalam, dan perkembangan penyakit yang lebih buruk dibandingkan mereka dengan gangguan panik tanpa agorafobia (PD)," kata Jeon.

Berita Rekomendasi

Pasien PDA juga lebih mungkin untuk menjadi lebih muda pada usia onset, mengambil benzodiazepin untuk waktu yang lebih lama, dan diobati dengan antipsikotik.

Stigmatisasi sosial dan keengganan untuk menjalani pengobatan

Terlepas dari lonjakan perawatan kesehatan mental di Korsel, banyak masyarakatnya yang masih ragu untuk mencari bantuan.

Mereka takut dirawat, karena penyakit mental dianggap meninggalkan noda pada reputasi seseorang.

Profesor Psikologi di Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul, Park Jee-eun baru-baru ini mengumumkan hasil penelitiannya tentang 'mengapa orang menghindari bantuan untuk mengatasi penyakit mental', melalui analisis terhadap 6 juta pesan media sosial yang dibagikan dari tahun 2016 hingga 2019.

Ia mengatakan bahwa sebanyak 25,9 persen remaja menghindari pergi ke psikiater karena takut akan mempengaruhi proses mereka masuk ke perguruan tinggi, sementara 14,4 persen takut terlihat seperti 'orang gila'.

Sekitar 22,4 persen dari mereka yang berusia 20-an merasa khawatir tentang catatan medis yang dilihat oleh calon atasan mereka kelak.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas