Perbedaan HIV dan AIDS, Beserta Penularan dan Pengobatannya
Simak perbedaan HIV dan AIDS dengan penularan serta pengobatannya. HIV merupakan virus yang berkembang dan menjadi penyakit AIDS.
Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEW.COM - Berikut perbedaan HIV dan AIDS.
HIV dan AIDS memiliki istilah yang berbeda, namun tetap beriringan.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh.
Apalagi, jika virus HIV tidak diobati akan mempengaruhi hingga membunuh sel kekebalan tubuh.
Virus HIV ini dapat menyebabkan kondisi dimana seseorang mengidap Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) atau dikenal juga dengan HIV Stadium 3.
Selain itu, virus HIV ini dapat menular melalui darah, cairan alat kelamin, hingga ASI.
Baca juga: Cara Pengobatan AIDS, Bisa untuk Mencegah Penularan HIV dari Ibu Hamil ke Janin
Jika virus HIV ini masuk ke dalam sel DNA, akan dapat menetap seumur hidup.
Dilansir laman Healthline, meski belum ada obat untuk menghilangkan virus HIV, namun ada perawatan secara medis.
Perawatan itu biasa disebut terapi pengobatan antiretroviral.
Sementara itu, AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang berkembang di dalam sel tubuh.
Apabila AIDS berkembang, akan menganggu sistem kekebalan tubuh, seperti melemahkan respons titik yang terserang penyakit atau infeksi.
Seseorang dapat didiagnosis AIDS jika mengidap HIV dan mengembangkan infeksi oportunistik atau kanker.
Kanker ini jarang terjadi pada seseorang yang tidak terinfeksi virus HIV.
Infeksi oportunistik atau kanker ini merupakan salah satu yang terjadi pad aorang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh yang parah.
Penularan HIV
HIV bisa menular lewat cairan sebagai berikut:
- Darah;
- Air mani;
- Cairan alat kelamin;
- ASI (air susu ibu).
Selain itu, HIV juga bisa menular melalui:
- Melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pengaman;
- Jarum suntik;
- Kehamilan hingga persalinan, dapat menularkan virus HIV ke bayi;
- Peralatan tato yang tidak disterilkan di antara penggunaan;
- Mengunyah makanan bayi sebelum disuapkan kepada mereka.
Baca juga: Faktor Risiko Penularan AIDS, Berikut Perbedaan Antara HIV dan AIDS
Sementara itu, HIV tidak bisa menular lewat:
- Kulit ke kulit;
- Berjabat tangan dan berpelukan;
- Udara atau air;
- Berbagi makanan atau minuman;
- Air liur, air mata, serta keringat;
- Handuk dan tempat tidur;
- Nyamuk atau serangga.
Pengobatan HIV
Untuk mengurangi laju penularan HIV di masyrakat, pada 1996 ditemukannya pengobatan antiretroviral (ARV).
Antiretroviral (ARV) ini merupakan bagian dari terapi pengobatan penderita HIV agar mengurangi risiko penularannya, menghambat perburukan infeksi oportunisitk, dan meningkatkan kualitan hidup pendertia HIV.
Dikutip dari kemkes.go.id, WHO merekomendasikan ARV jenis dolutegravir untuk obat pengidap HIV.
Dolutegravir ini berguna untuk menghambat integrase enzim yang dibutuhkan oleh HIV untuk memasukkan virusnya ke DNA dari sel T CD4.
Diketahui, dolutegravir ini menghambat pekerjaan enzim tersebut agar vidrus tidak tersebar luas.
Dosis dolutegravir
- Untuk pasien dewasa dan remaja di atas usia 12 tahun dengan berat badan 40 kg atau lebih, serta pernah atau belum pernah mengonsumsi ARV akan diberi dosis 50 mg sehari sekali.
- Untuk 50 mg dua kali sehari akan diberikan kepada pasien yang sudah pernah mengonsumsi penghambat integrase.
- Sebanyak 50 mg dua kali sehari juga diberikan kepada mereka yang mengonsumsi obat-obatan tanpa mempertimbangkan paparan terhadap penghambat integrasenyam seperti obat efavirenz, rifampin, ritonavir, dan tipranavir.
Efek samping dolutegravir
Mereka yang mengonsumsi obat dolutegravir ini akan merasakan efek sampingnya seperti sakit kepala, mual, hingga diare.
Tetapi, proporsi dengan reaksi parahnya hanya satu persen.
(Tribunnews.com/Pondra Puger)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.