Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

WHO: Ketidaksetaraan Kesehatan Jadi Sebab Kematian Dini Banyak Penyandang Disabilitas

Penyandang disabilitas miliki peningkatan risiko mengembangkan kondisi kronis hingga dua kali lipat jika mengalami asma, obesitas, hingga stroke.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
zoom-in WHO: Ketidaksetaraan Kesehatan Jadi Sebab Kematian Dini Banyak Penyandang Disabilitas
AFP
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan pada Senin (20/12/2021) agar dunia bersatu dan membuat keputusan sulit yang diperlukan untuk mengakhiri pandemi Covid-19 dalam tahun depan. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bukti risiko kematian dini dan penyakit yang lebih tinggi diantara penyandang disabilitas, dibandingkan kelompok lainnya di masyarakat.

Laporan Global tentang kesetaraan kesehatan untuk penyandang disabilitas yang diterbitkan pada 2 Desember lalu, menampilkan informasi bahwa ketidaksetaraan kesehatan yang sistemik dan terus-menerus, mendorong banyak penyandang disabilitas menghadapi risiko kematian yang jauh lebih awal.

Bahkan hingga 20 tahun lebih awal, jika dibandingkan dengan orang tanpa disabilitas.

Mereka memiliki peningkatan risiko mengembangkan kondisi kronis, hingga dua kali lipat jika mengalami asma, depresi, diabetes, obesitas, penyakit mulut dan stroke.

Banyak perbedaan dalam hasil kesehatan ini yang tidak dapat dijelaskan oleh kondisi atau gangguan kesehatan yang mendasarinya, namun justru oleh faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari maupun ketidakadilan.

Baca juga: Hari Disabilitas Internasional 2022, Anak Penyandang Disabilitas Miliki Hak Pendidikan Inklusif

Dikutip dari laman resmi WHO, Rabu (7/12/2022), diluncurkan menjelang peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional, laporan tersebut menunjukkan jumlah penyandang disabilitas yang signifikan di seluruh dunia telah meningkat menjadi 1,3 miliar atau 1 dari 6 orang.

Berita Rekomendasi

Angka ini memperkuat pentingnya mencapai partisipasi penuh dan efektif penyandang disabilitas di semua aspek masyarakat dan menanamkan prinsip inklusi, aksesibilitas dan non-diskriminasi di bidang kesehatan.

Faktor yang tidak adil, menjadi penyebab utama kesenjangan dalam kesehatan

Laporan tersebut menekankan perlunya tindakan segera untuk mengatasi ketidaksetaraan yang luas dalam sektor kesehatan, yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak adil dalam sistem kesehatan.

Faktor-faktor inilah yang menyebabkan banyak perbedaan hasil kesehatan antara penyandang disabilitas dan non-disabilitas.

Sikap negatif dari penyedia layanan kesehatan, informasi kesehatan dalam format yang tidak dapat dipahami, atau
kesulitan mengakses pusat kesehatan karena lingkungan fisik dan kurangnya transportasi atau hambatan keuangan, menjadi 'faktor ketidakadilan' bagi para penyandang disabilitas.


"Sistem kesehatan harus meringankan tantangan yang dihadapi penyandang disabilitas, bukan menambahnya," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Laporan ini, kata dia, menyoroti ketidakadilan yang dihadapi penyandang disabilitas dalam upaya mengakses perawatan yang mereka butuhkan.

"WHO berkomitmen untuk mendukung negara-negara dengan panduan dan alat yang mereka butuhkan, untuk memastikan semua penyandang disabilitas memiliki akses ke layanan kesehatan yang berkualitas," tegas Tedros.

Dengan perkiraan 80 persen penyandang disabilitas tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana layanan kesehatan mengalami keterbatasan, mengatasi ketidaksetaraan kesehatan tentunya dapat menjadi tantangan.

Padahal sebenarnya, dengan sumber daya yang terbatas, banyak yang dapat dicapai jika kesetaraan diterapkan pula pada penyandang disabilitas ini.

Bagaimana peluang untuk sektor kesehatan yang inklusif disabilitas?

Menyadari bahwa setiap orang memiliki hak yang sama atas standar kesehatan tertinggi yang dapat dicapai, laporan ini memberikan analisis ekonomi yang penting untuk mengadopsi pendekatan inklusif disabilitas.

Ini menunjukkan bahwa berinvestasi di sektor kesehatan yang inklusif disabilitas merupakan tindakan 'hemat biaya'.

WHO menghitung bahwa pemerintah dapat mengharapkan pengembalian sekitar 10 dolar Amerika Serikat (AS) untuk setiap 1 dolar AS yang diinvestasikan pada pencegahan dan perawatan penyakit tidak menular yang inklusif disabilitas.

Lalu tindakan apa yang ditargetkan dan komprehensif di seluruh sektor kesehatan?

Laporan tersebut menguraikan 40 tindakan lintas sektor kesehatan yang harus diambil oleh pemerintah.

Ini berdasar pada bukti terbaru dari studi akademik serta konsultasi dengan negara dan masyarakat sipil.

Termasuk organisasi yang mewakili penyandang disabilitas.

Tindakan ini bervariasi menurut tingkat sumber daya dan berkisar dari penanganan infrastruktur fisik hingga pelatihan tenaga kesehatan dan perawatan.

Memastikan pemerataan kesehatan bagi penyandang disabilitas juga akan memiliki manfaat yang lebih luas dan dapat memajukan prioritas kesehatan global.

Direktur WHO untuk Penyakit Tidak Menular, Dr Bente Mikkelsen mengatakan bahwa menangani ketidaksetaraan kesehatan bagi penyandang disabilitas sebenarnya menguntungkan semua orang.

"Orang lanjut usia, orang dengan penyakit tidak menular, migran dan pengungsi, atau populasi lain yang sering tidak terjangkau, dapat memperoleh manfaat dari pendekatan yang menargetkan tantangan terus-menerus terhadap inklusi disabilitas di sektor kesehatan," tegas Dr Mikkelsen.

Pihaknya pun mendesak pemerintah, mitra kesehatann maupun masyarakat sipil untuk memastikan semua tindakan sektor kesehatan mencakup penyandang disabilitas.

"Sehingga mereka dapat menikmati hak mereka atas standar kesehatan tertinggi," pungkas Dr Mikkelsen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas