Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Efektivitas Anti Bisa Ular, Sempat Diberikan pada Eks Asisten Panji Petualang Sebelum Meninggal

Inilah penjelasan terkait efektifitas anti bisa ular untuk selamatkan korban gigitan king kobra. Segera diberikan ke korban saat ada indikasi ini.

Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Sri Juliati
zoom-in Efektivitas Anti Bisa Ular, Sempat Diberikan pada Eks Asisten Panji Petualang Sebelum Meninggal
Kolase Tribunnews/ biofarma.co.id
Serum Anti Bisa Ular dari Bio Farma - Efektifitas anti bisa ular untuk korban gigitan king kobra. Sempat diberikan untuk mantan asisten Panji Petualang sebelum meninggal. 

TRIBUNNEWS.COM - Inilah penjelasan terkait seberapa efektif anti bisa ular untuk menyelamatkan korban dari gigitan king kobra.

Di Indonesia, anti bisa ular dikembangkan oleh satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni Bio Farma.

Dikutip dari laman Kemkes, serum anti bisa ular atau snake anti venom merupakan produk biologis yang digunakan dalam pengobatan gigitan ular berbisa.

Anti bisa ular diberikan ketika seorang pasien terbukti atau diduga telah digigit ular berbisa.

Sementara untuk serum anti bisa ular yang dibuat oleh Bio Farma, diketahui terbuat dari plasma kuda yang memberikan kekebalan terhadap bisa ular yang bersifat neurotoksik dan hemotoksik.

Adapun ular yang bersifat neurotoksik yakni ular kobra dan ular belang.

Baca juga: Ular King Kobra Kembali Memakan Korban, Pecinta Reptil Ingatkan Pemerintah Soal Serum Anti Bisa

Sementara yang bersifat hemotoksik ialah ular tanah.

Berita Rekomendasi

Lantas seberapa efektif anti bisa ular untuk mneyelawatkan korban?

Efektifitas Anti Bisa Ular

Dikutip dari laman WHO, ada sekitar 5,4 juta gigitan ular terjadi setiap tahun.

Dari kasus gigitan ular tersebut menghasilkan 1,8 hingga 2,7 juta kasus envenoming atau keracunan akibat gigitan ular.

Namun WHO menjelaskan bahwa sebagian besar kematian dan konsekuensi serius dari gigitan ular sepenuhnya dapat dicegah dengan membuat antivenom atau anti bisa ular.

Penggunaan anti bisa ular berkualitas tinggi dapat menjadi pengobatan yang paling efektif untuk mencegah atau membalikkan sebagian besar efek berbisa dari gigitan ular.

Anti bisa ular tersebut sudah termasuk dalam daftar obat esensial WHO.

WHO juga merokemendasikan bahwa anti bisa ular harus menjadi bagian dari paket perawatan kesehatan primer mana pun di mana gigitan ular terjadi.

Baca juga: Eks Asisten Panji Petualang, Alprih Priyono Meninggal Dipatuk Ular King Kobra

Indikasi Pemberian Anti Bisa Ular

Dikutip dari repository.lppm.unila.ac.id, pemberian anti bisa ular dilakukan sesegera mungkin jika pasien telah memenuhi indikasi yang telah ditentukan.

Hal ini dikarenakan anti bisa ular memiliki harga yang relatif mahal dan ketersediaannya terbatas.

Adapun indikasi untuk pemberian anti bisa ular yakni sebagai berikut:

1. Gangguan Sistemik

- Gangguan hemostasis : perdarahan spontan sistemik yang jauh dari lokasi gigitan, koagulopati (20 WBCT positif), atau INR>1.2 atau PT>4-5 detik lebih.

- Panjang dari nilai kontrol laboratorium, atau trombositopenia (<100x109 /liter).

- Gejala neurotoksik : ptosis,oftalmoplegia, paralisis, dan lain-lain.

- Gangguan kardiovaskular : hipotensi, syok, aritmia, EKG abnormal.

- Gagal ginjal akut : oligouria/anuria, peningkatan kreatinin/urea.

- Hemoglobin/myoglobin-uria : urin cokelat gelap, dipstick, temuan hemolisis intravaskuler atau rhabdomiolisis.

Baca juga: RSUD Depok Punya Serum Anti Bisa Ular, Seperti Apa?

2. Keracunan Lokal

- Pembengkakan lokal lebih dari setengah tungkai yang tergigit (tanpa tourniquet) dalam 48 jam atau pembengkakan setelah gigitan pada jari.

- Pembengkakan yang meluas : misalnya bengkak pada ankle dalam beberapa jam setelah gigitan di kaki.

- Pembengkakan limfonodi pada daerah gigitan.

Cara Pemberian Anti Bisa Ular

Mengutip laman Rumah Sakit Kariadi, berikut cara pemberian anti bisa ular yang direkomendasikan oleh WHO:

1. Injeksi 'push' Intravena

Antivenom cair diberikan dengan injeksi intravena lambat (tidak lebih dari 2 ml / menit).

2. Infusi Ntravena

Antivenom cair dilarutkan dalam sekitar 5 ml cairan isotonik per kg berat badan (yaitu sekitar 250 ml saline isotonic atau 5 persen dekstrosa dalam kasus pasien dewasa) dan diinfuskan pada tingkat konstan selama sekitar 30-60 menit.

(Tribunnews.com/Enggar Kusuma)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas