Ahli Gizi: Konsumsi Protein Hewani Nasional Rendah Jadi Penyebab Stunting
Pangan hewani mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap, kaya protein hewani dan vitamin yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Muhammad Zulfikar
“Ini bukti pemberian telur satu butir satu hari pada anak setelah pemberian ASI eksklusif itu menurunkan risiko stunting,” ungkapnya.
Wakil Ketua Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Prof. dr. Budi Wiweko, Sp.OG menjelaskan pentingnya protein hewani dalam 270 hari pertama kehidupan atau 9 bulan dapat mencegah anak dari stunting.
Tetapi di luar itu yang juga lebih penting dalam mencegah anak lahir stunting adalah 100 hari sebelum terjadinya kehamilan atau persiapan kehamilan.
Baca juga: Presiden Jokowi Ingatkan Bonus Demografi Bisa Jadi Beban Negara Bila Angka Stunting Masih Tinggi
Pada masa tersebut calon ibu dianjurkan mengonsumsi tinggi protein untuk persiapan sel telur dan sperma yang berkualitas, sehingga menghasilkan embrio yang baik dan janin yang berkualitas.
“Studi kita menunjukkan bahwa ibu hamil kita konsumsinya sebagian besar masih karbohidrat, sementara asupan protein masih sangat kurang,” tuturnya. Konsumsi tinggi protein hewani selain mencegah stunting juga dapat menurunkan morbiditas maternal dan perinatal dan mencegah terjadinya pertumbuhan janin terhambat, mencegah terjadinya eklamsia berat," kata dia.
Ketua Umum PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso menambahkan pada anak-anak itu ketika tumbuh kembang ada satu ‘saklar’ pertumbuhan yang nama nya ‘m TOR-C ‘. m TOR-C hanya akan dinyalakan ‘saklar’ pertumbuhannya ketika kadar asam amino dalam darahnya itu cukup tinggi dan asam amino esensial ini sumbernya adalah dari protein hewani.