Angka Stunting di Indonesia Tidak Merata, Ini Penyebabnya
Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr.(HC). dr. Hasto Wardoyo, SP.OG ungkapkan angka stunting di Indonesia tidak merata.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr.(HC). dr. Hasto Wardoyo, SP.OG ungkapkan angka stunting di Indonesia tidak merata.
"Angka Stunting di Indonesia tidak merata," ungkapnya saat dihubungi Tribunnews, Jumat (17/2/2023).
Baca juga: Kemenkominfo Ajak Para Pelajar Cegah Stunting Sejak Dini
Ada daerah yang memiliki stunting cukup rendah seperti Bali di bawah 10 persen, DKI Jakarta 14 persen dan Yogyakarta yang sudah 16 persen.
Selain itu di kota Surabaya juga telah mencapai 4 persen.
Diikuti dengan kota Semarang yang berada di 10 persen.
Berbeda dengan di daerah Nusa Tenggara Timur ( NTT ) yang masih 30 persen lebih.
"Kemudian di Sulawesi Barat masih 30 persen lebih, Sumatera Barat masih naik sedikit, di Aceh juga masih 30 persen lebih. Jadi tidak merata," papar Hasto lagi.
Baca juga: Cegah Stunting, Ibu Hamil Disarankan Perbanyak Konsumsi Pangan Hewani
Ia pun menjelaskan kenapa terjadi ketidakmerataan tersebut.
"Saya kira karena stunting itu related dengan faktor sensitif yaitu lingkungan.
Misalkan sanitasi, air bersih, rumah. Kalau kita lihat di NTT, sanitasi dan air masih banyak yang kurang standar," Kata Hasto.
Faktor lainnya masih banyak rumah yang belum memenuhi syarat rumah sehat.
"Itu kelihatan seperti stunting ini kan di Papua, NTT, kemudian Sulawesi Barat faktor sanitasi menjadi penting," jelas Hasto.
Faktor lainnya adalah masih ada beberapa penyakit menular di daerah tertentu.
Misalnya Tuberkolosis (TBC) yang masih cukup tinggi, nyatanya itu juga bisa memengaruhi stunting.