Pemberian Kental Manis Terus Menerus Bisa Memicu Diabetes dalam Jangka Panjang
Anak yang diberi kental manis secara terus-menerus secara tidak langsung akan memengaruhi tumbuh kembang anak tersebut.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Video seorang ibu memberikan kental manis untuk anaknya yang masih berusia tujuh bulan sempat menjadi viral beberapa waktu lalu.
Tak hanya netizen dan pakar kesehatan yang mengecam, Presiden Joko Widodo mengingatkan agar seluruh kader Posyandu dan BKKBN lebih gencar memberi penyuluhaan kesehatan kepada masyarakat.
Baca juga: Dokter Ungkap Hubungan Susu Kental Manis dengan Stunting
Dokter spesialis anak, dr Agnes Tri Harjaningrum Msc SpA mengatakan, anak yang diberi kental manis secara terus-menerus secara tidak langsung akan memengaruhi tumbuh kembang anak tersebut.
"Kalau bayi atau anak-anak yang mengkonsumsi kental manis ini memang tidak berdampak langsung tapi melalui proses sehingga hingga akhirnya menjadi diabetes," kata dr Agnes saat diskusi media bertajuk Salah Kaprah Susu, Kesehatan Anak, dan Peran Media Sosial yang diadakan Koalisi Perlindungani Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) di Jakarta belum lama ini.
Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Permata Depok menjelaskan berdasarkan data dari World Health Organization, kandungan gula yang harusnya dikonsumsi yaitu dibawah 10 persen dari total kalori.
"Sedangkan kalau kental manis gulanya sekitar 19 gram dan kalau dikonversi sekitar 58 persen sehingga sudah sangat jauh dari batasannya.
Baca juga: Kemenkes Tekankan Susu Kental Manis Bukan Minuman Tapi Pelengkap Sajian
Agnes menjelaskan kandungan yang terdapat dalam kental manis, bukan merupakan susu tapi sirup rasa susu.
Sekjen KOPMAS, Yuli Supriaty mengatakan, hasil temuannya dengan terjun langsung ke lapangan pada tahun 2020 - 2022, ditemukan banyak masyarakat terutama orangtua yang masih memberikan kental manis sebagai pengganti susu untuk anaknya.
"Hal ini sangat kami sayangkan dan ini menandakan masih minimnya tingkat edukasi dan literasi di kalangan masyarakat hingga kurangnya akses informasi bagi masyarakat," katanya.
Ia meminta berbagai pihak terkait berkolaborasi terkait pencanangan peningkatan literasi gizi untuk masyarakat seputar temuan konsumsi kental manis.
"Kedepannya semua pihak dan stakeholder harus satu suara dalam mengedukasi para orang tua mengenai pemberian kental manis bagi anaknya yang ternyata kandungan didalamnya yang lebih banyak gula," katanya.
Baca juga: Susu Kental Manis di 4 Menu Tradisional untuk Sarapan Lezat
Pengamat Sosial, Devie Rahmawati mengatakan, fenomena orang tua terutama ibu dalam memberikan kental manis bagi anaknya berawal dari ketidaktahuan masyakarat akan kandungan yang terdapat dalam kental manis.
"Masifnya informasi di media sosial dan rendahnya literasi masyarakat menjadi salah satu bukti bagaimana masyarakat masih salah persepsi terkait kental manis, " Ujar Devie.
Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia ini pun menuturkan pemanfaatan media sosial yang efektif harus terus disosialisasikan kepada masyarakat, hal ini untuk memperluas jangkauan sosialisasi masyarakat.