Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Riset Berbasis Ilmiah Seputar Produk Tembakau Alternatif Dinilai Masih Minim di Indonesia

Hasil kajian tersebut menunjukkan produk tembakau yang dipanaskan memiliki profil risiko yang lebih rendah daripada rokok

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Riset Berbasis Ilmiah Seputar Produk Tembakau Alternatif Dinilai Masih Minim di Indonesia
Wartakota/Angga Bhagya Nugraha
ILUSTRASI - Sejumlah universitas negeri ternama di Indonesia, seperti Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad), telah mengkaji secara ilmiah tentang produk tembakau alternatif 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Malvyandie Haryadi
 
 
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah universitas negeri ternama di Indonesia, seperti Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad), telah mengkaji secara ilmiah tentang produk tembakau alternatif.

Guna semakin memperkaya informasi mengenai produk ini, berbagai riset berbasis ilmiah di dalam negeri perlu dimasifkan.

Terobosan ini sudah masif diteliti di berbagai negara. Akan tetapi, riset mengenai produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, masih minim di Indonesia saat ini.

Salah satu riset tersebut dilakukan oleh SF-ITB, Bandung, Jawa Barat.

Guru Besar SF-ITB Prof. Dr. rer. nat. Rahmana Emran Kartasasmita, M.Si. mengatakan SF-ITB telah melakukan kajian literatur ilmiah yang berjudul “Kajian Risiko (Risk Assessment) Produk Tobacco Heated System (THS) Berdasarkan Data dan Kajian Literatur.”

Baca juga: Aliansi Vaper Indonesia Minta Kajian Ilmiah Produk Tembakau Alternatif Disosialisasikan

Kajian literatur ilmiah ini bertujuan menghitung perkiraan tingkat risiko produk tembakau yang dipanaskan.

“Tujuan dari kajian ini adalah untuk mencari data kualitatif dan kuantitatif terkait berbagai senyawa dalam produk tembakau yang dipanaskan dan rokok sebagai pembanding, serta penggolongan karsinogenitasnya dengan merujuk pada IARC (The International Agency for Research on Cancer atau Badan Internasional untuk Penelitian Kanker),” ungkap Prof. Emran yang sekaligus anggota peneliti kajian ilmiah literatur tersebut, Senin (27/2/2023).

Berita Rekomendasi

Hasil kajian tersebut menunjukkan produk tembakau yang dipanaskan memiliki profil risiko yang lebih rendah daripada rokok.

Walaupun tidak sepenuhnya bebas risiko, paparan zat berbahaya dan berpotensi berbahaya pada produk ini juga lebih rendah.

“Kalau dipikir sederhana secara logika, tentu saja dengan dipanaskan seharusnya lebih sedikit komponen zat berbahaya dan berpotensi berbahaya yang terbentuk secara kualitatif, jenis, maupun kuantitatif kadarnya,” terang Prof. Emran.

Selain itu, Prof. Emran menekankan pentingnya riset yang komprehensif terhadap produk tembakau alternatif untuk mengurangi misinformasi yang beredar saat ini di masyarakat.

“Saya mengajak seluruh kalangan, dari akademisi hingga peneliti, untuk melakukan penelitian ini dan menindaklanjuti hasil temuan kami. Hasil kajian tersebut dapat dijadikan awalan untuk memperkaya teks akademik bagi pengambil kebijakan, peneliti lain, serta untuk pemahaman masyarakat umum,” tutupnya.

Selain SF-ITB, riset mengenai produk tembakau alternatif juga dilakukan oleh Unpad. Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD melakukan kajian klinis bertajuk “Respons Gusi Pada Pengguna Vape Saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan (Gingivitas Experimental).” Kajian ini dilakukan oleh Dr. Amaliya, drg., Ph.D, Dr. drg. Agus Susanto, M.Kes., Sp.Perio. (K), serta drg. Jimmy Gunawan, Sp.Perio.

Amaliya menjelaskan, penelitian klinis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana produk tembakau alternatif berdampak bagi pertahanan gusi terhadap bakteri plak gigi pada pengguna rokok elektrik dibandingkan dengan gusi pada perokok aktif.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas