Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Jangan Khawatir, Penglihatan Buram Akibat Kelainan Refraksi Masih Bisa Direhabilitasi

Kelainan Refraksi adalah kondisi di mana cahaya masuk ke dalam mata tidak dapat difokuskan dengan jelas. Ini membuat bayangan benda terlihat buram.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
zoom-in Jangan Khawatir, Penglihatan Buram Akibat Kelainan Refraksi Masih Bisa Direhabilitasi
perfectlensworld.com
Ilustrasi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah satu langkah menangani mata minus adalah menggunakan laser yang tujuannya memperbaiki fungsi penglihatan sehingga tidak memerlukan kaca mata atau lensa kontak.

Namun tetap saja muncul kekhawatiran terhadap tindakan laser masih kerap muncul di tengah masyarakat antara lain adanya efek samping dan ketakutan terhadap risiko cedera operasi.

Presiden Direktur PT NSD – JEC Eye Hospital & Clinics di Jakarta, DR. Dr. Johan A Hutauruk, SpM(K) mengatakan, kelainan refraksi yang tak terkoreksi merupakan penyebab utama gangguan penglihatan yang dapat diperbaiki atau direhabilitasi dan secara global penderitanya mencapai 88,4 juta orang.

"Studi menyebut, sekitar 40 persen dari populasi dunia (3,3 miliar orang) akan menderita miopia pada tahun 2030, bahkan, akan mencapai lebih dari setengah populasi dunia (4,9 miliar orang) pada tahun 2050," katanya belum lama ini.

Kelainan Refraksi adalah kondisi di mana cahaya yang masuk ke dalam mata tidak dapat difokuskan dengan jelas.

Hal ini membuat bayangan benda terlihat buram atau tidak tajam.

Baca juga: Dapatkah Deteksi Dini Gangguan Mata Sejak Dalam Kandungan? Begini Penjelasan Dokter

Berita Rekomendasi

Penyebabnya bisa karena panjang bola mata terlalu panjang atau bahkan terlalu pendek, perubahan bentuk kornea, dan penuaan lensa mata.

Fakta ini mendorong JEC Eye Hospitals and Clinics menghadirkan layanan pengobatan menggunakan teknologi ReLEX Smile Pro dengan Visumax 800 dari Zeiss yang merupakan layanan dengan performa lebih cepat, menggunakan laser femtosecond generasi terbaru sehingga membutuhkan waktu yang lebih singkat.

Menggunakan sistem asisten robot yang cerdas (meminimalisir kesalahan manusia) untuk hasil yang semakin presisi dan lebih nyaman, pasien lebih merasa tidak cemas karena suara laser seperti tidak terdengar, dan tidak menyebabkan klaustrofobia.

“Dengan hadirnya layanan ini, harapan kami, masyarakat Indonesia memiliki pilihan tindakan penanganan kesehatan mata yang semakin beragam, sesuai dengan kebutuhan dan urgensinya,” tutup Johan.

Senior Kadiv Markom JEC Group, Mubadiyah, S. Psi, MM mengatakan, sejak dihadirkan akhir tahun lalu, sudah ribuan orang yang mempercayakan pengobatan gangguan mata yang menggunakan alat ini.

"Harapan kami kedepannya, makin  banyak yang menggunakan layanan kami hingga memudahkan akses dan kami berusaha tetap kehadiran teknologi baru ini relevan dengan perkembangan zaman," katanya Mubadiyah yang ditemui di sela-sela menerima penghargaan branding campaign yang diberikan langsung oleh Iwan Setiawan, CEO Marketeers.

Terkait penghargaan, Mubadiyah mengatakan,  era society 5.0 telah datang dan membuat kami harus melek digital dan cakap dengan teknologi baru yang semakin canggih.

Tidak sekedar itu, persaingan di dunia bisnis juga semakin ketat, hingga strategi marketing kami pun membutuhkan penyesuaian.

"Mulai dari kegiatan yang dilakukan secara digital maupun hybrid untuk menciptakan hubungan emosional dengan pelanggan, tujuannya agar tiap informasi terbaru yang kami miliki bisa menjangkau banyak lapisan masyarakat di berbagai daerah,” ujar Mubadiyah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas