Mengenal Virus Covid Subvarian Arcturus yang Terdeteksi Menyebar di 22 Negara
WHO telah menetapkan subvarian virus corona baru XBB.1.16 sebagai 'varian yang sedang dipantau' namun sejauh ini belum membunyikan alarm.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan subvarian virus corona baru (Covid-19) XBB.1.16 sebagai 'varian yang sedang dipantau', namun sejauh ini belum membunyikan alarm.
Karena namanya yang semakin kompleks, subvarian ini lebih dikenal sebagai 'Arcturus', mengikuti skema penamaan subvarian semi-resmi yang berasal dari karakter mitologis yang belum diadopsi oleh WHO.
Gejala-gejala Covid-19 varian Arcturus
Mengutip Economic Times, saat ini tidak ada data kuat yang membuktikan apakah varian Covid-19 Arcturus menyebabkan serangkaian gejala baru pada anak dan pasien secara umum.
Dr SK Nakra, Konsultan Dokter Umum Anak Madhukar Rainbow Children's Hospital mengatakan gejala varian baru Covid-19 Arcturus bisa meliputi:
- Demam tinggi
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Pilek
- Sakit kepala
- Nyeri badan
- Gejala gastrointestinal atau gangguan pencernaan
- Mata lengket merah dan gatal (konjungtivitis)
Di luar virologi Covid-19, Arcturus adalah bintang raksasa merah yang ditemukan di konstelasi Bootes, dan bintang paling terang keempat di langit malam jika dilihat dari Bumi.
Namanya dalam bahasa Yunani Kuno berarti 'Penjaga Beruang'. Sedangkan subvarian ini kali pertama terdeteksi pada Januari lalu. Virus ini lebih menular namun tidak lebih mematikan
Meskipun telah muncul sebagai subvarian berbeda dari Omicron yang pertama kali terdeteksi pada akhir 2021 dan telah menjadi varian dominan secara global selama hampir 16 bulan, Arcturus tampaknya tidak terlalu berbeda dari virus induknya itu.
"Ini sudah beredar selama beberapa bulan. Kami belum melihat perubahan tingkat keparahan pada individu atau populasi, namun itulah mengapa kami menerapkan sistem ini."
"Ini memiliki satu mutasi tambahan pada protein lonjakan, yang dalam penelitian laboratorium, menunjukkan peningkatan infektivitas serta potensi peningkatan patogenisitas," kata Pimpinan Teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove dalam konferensi pers pada 29 Maret lalu.
Dengan kata lain, ini sedikit lebih menular daripada Omicron namun gejalanya tampaknya tidak lebih buruk daripada virus induknya itu.
Dokter Jepang menyatakan bahwa subvarian itu mungkin 1,2 kali lebih menular daripada Omicron.
Namun belum ada peningkatan kasus kematian yang terdeteksi terkait dengan Arcturus.