Bukan Hanya Indonesia, Dunia Juga Kekurangan Tenaga Kesehatan
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, kekurangan tenaga kesehatan tak hanya dialami Indonesia.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Praktisi kesehatan sekaligus Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, kekurangan tenaga kesehatan tak hanya dialami Indonesia.
Menurutnya, dunia pun mengalami hal yang sama.
Baca juga: Deretan Manfaat RUU Kesehatan yang Ditawarkan Pemerintah kepada Dokter dan Nakes
Mengutip dari pernyataan WHO, dunia akan mengalami kekurangan tenaga kesehatan sebesar 10 juta orang pada tahun 2030 khususnya di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Keterbatasan petugas kesehatan juga dihadapi berbagai negara dengan tingkat perkembangan sosial ekonominya yang baik.
"Jadi, bukan hanya di Indonesia, tetapi berbagai negara lain memang menghadapi masalah keterbatasan tenaga kesehatan ini," kata Prof Tjandra kepada Tribunnews.com, yang ditulis pada Selasa (09/05/2023).
Baca juga: Pantang Menyerah Tolak RUU Kesehatan, Dokter dan Nakes Ancam Mogok Kerja, Bagaimana Nasib Pasien?
Disamping keterbatasan nakes, ada tujuh masalah yang juga dihadapi di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia.
Pertama, kurang baiknya pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan.
Kedua, adanya kesenjangan antara pendidikan dengan strategi distribusi penempatan tenaga, yang dihubungkan dengan sistem kesehatan yang ada serta kebutuhan masyarakat
Ketiga, tantangan dalam menempatkan tenaga kesehatan di daerah terpencil dan tertinggal, dengan segala keterbatasan sarana dan prasarananya.
Baca juga: Berikut Poin Utama yang Disorot Dokter dan Nakes dalam RUU Kesehatan
Keempat, untuk sebagian negara maka masalah yang dihadapi adalah migrasi tenaga kesehatan mereka yang pergi bekerja ke berbagai negara maju sehingga negara asalnya kekurangan tenaga.
Kelima, sebagian negara menghadapi masalah dimana sektor publik tidak dapat menyerap tenaga kesehatan yang tersedia karena keterbatasan anggaran mereka.
Keenam, keamanan kerja tenaga kesehatan, seperti yang beberapa kali terjadi di Indonesia belakangan ini yang antara lain terjadi di Nabire dan di Lampung Barat.
Ketujuh, WHO juga menyebutkan tentang peran sumber daya manusia pada sistem informasi kesehatan untuk menangani masalah pengaturan tenaga kesehatan ini.
Ia menyebut, khusus pada tenaga kesehatan masalahnya terlalu kompleks.
"Karena itu, untuk mengatasinya perlu kajian yang dalam dan penanganan yang menyeluruh, tidak parsial sifatnya," ucap dia.
Sementara untuk, masalah pelayanan kesehatan yang memiliki dimensi yang luas maka perlu analisa mendalam dari situasi dan tantangan yang ada untuk ditemukan program yang tepat.