18 Juta Masyarakat Indonesia Terinfeksi Hepatitis B, Kemenkes Imbau Hindari Perilaku Seks Berisiko
Penularan Hepatitis terjadi melalui cairan tubuh termasuk dari air mani dan air liur.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, sebanyak 7,1 persen atau 18 juta masyarakat indonesia terinfeksi hepatitis B.
Dari jumlah tersebut 50 persen diantaranya berisiko menjadi kronis dan 900.000 dapat menjadi kanker hati.
Bahkan hepatitis B menjadi empat besar penyebab kematian di Indonesia, dengan perkiraan kematian setiap tahunnya sebesar 51.100 kematian.
Secara khusus Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Mohammad Syahril mengimbau masyarakat Indonesia untuk menghindari praktik seks berisiko.
"Ingat penularan Hepatitis melalui cairan tubuh termasuk dari air mani dan air liur," ungkapnya pada keterangan resmi, Rabu (17/5/2023).
Contohnya melakukan ciuman sampai terjadi perlukaan.
Baca juga: 35 Ribu Bayi Lahir dengan Hepatitis B, Sebagian Besar Tertular dari Ibunya
Hal ini juga dapat menularkan virus Hepatitis.
Syahril mengingatkan untuk jangan lupa untuk menggunakan pengaman agar menghindari hal-hal yang dapat berisiko yaitu mencegah penularan.
Sebanyak 50 Ribu Ibu Hamil Positif Hepatitis B tahun 2022
Lebih lanjut, Syahril mengungkapkan data lain yang cukup mengenjutkan.
Sebanyak 50.744 Ibu hamil positif hepatitis B pada tahun 2022.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 35.757 bayi lahir dari Ibu yang positif hepatitis B.
Kendati sebagian besarnya sudah mendapatkan imunisasi Hb0 dan HBg kurang dari 24 jam.
Namun masih didapati 135 bayi positif Hepatitis B pada usia 9-12 bulan.
Memutus atau mencegah sedini mungkin penularan hepatitis menjadi prioritas pemerintah saat ini, lanjut dr. Syahril.
Khusus untuk hepatitis B, dilakukan deteksi dini Hepatitis B yang terintegrasi dengan pemeriksaan HIV dan Sifilis untuk minimal 80 persen ibu hamil (atau disebut juga dengan Triple Eliminasi).
Tujuannya untuk memutus atau mencegah penularan secara vertikal dari ibu ke anak.
Pemberian imunisasi Hepatitis B tiga dosis pada bayi juga masuk ke dalam program imunisasi nasional untuk mengurangi insiden.
Pemberian HB0 kurang dari 24 jam untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi.
Selain itu juga dilakukan Pemberian HBIg pada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg, dan Pemberian Tenofovir pada bumil dengan viral load tinggi
Lebih lanjut, Syahril menekankan pentingnya deteksi dini bagi kelompok berisiko.
Seperti pengguna jarum suntik (penasun) dan eks penasun, ODHIV, pasien hemodialisa, populasi kunci seperti WBP, PS, dan LSL, Riwayat transfusi, riwayat tato, dan tindik.
"Dan juga bagi penggunaan alat medis tidak steril harus dilakukan untuk memutus penularan," pungkasnya.