Jangan Anggap Sepele Kesemutan, Bisa Jadi Tanda Kerusakan Saraf Tepi!
Yang jadi pertanyaan, kapan seseorang harus ke rumah sakit saat mengalami kesemutan atau kebas?
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kesemutan atau kebas yang muncul, kerap kali tidak dipedulikan atau bahkan disepelekan.
Padahal, kesemutan dan rasa kebas bisa saja tanda terjadi kerusakan saraf tepi atau neuropati.
Lantas kapan seseorang harus ke rumah sakit saat mengalami kesemutan atau kebas?
Terkait hal ini, Vice Secretary General Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Jakarta, dr. Winnugroho Wiratman Sp.N(K),Ph.D pun beri penjelasan.
Baca juga: Penggunaan Gawai dan Komputer Bisa Picu Kerusakan Saraf, Ketahui Pencegahannya
"Ada kunci tertentu kapan segera mencari pertolongan," ungkapnya pada konferensi pers di Jakarta, Senin (12/6/2023).
Pertama muncul rasa kesemutan, kebas dan nyeri, kebas secara tiba-tiba.
"Tiba-tiba dalam arti, tambah berat langsung. Berat, kata kuncinya itu, bertambah luas, parah dan tidak membaik," tambahnya.
Kenapa? Karena telah terjadi kerusakan syaraf atau neuron. Jika sudah terjadi, jangan anggap sepele.
"Nah neuron itu dia memiliki waktu istilahnya. Kalau misalkan cedera, sakit memiliki waktu untuk penyembuhan. Time windows paling baik, golden period saraf membaik itu sekiar 3-4 minggu," urainya.
Kalau sudah lebih dari 3-4 minggu, maka akan sulit untuk disembuhkan.
Lantas bagaimana mencegahnya?
Pertama mengontrol manajemen penyakit kronis dengan baik.
"Kalau ada diabetes, sudah ada penyakit infeksi, dikontrol lah," tegasnya.
Kedua, modifikasi diet. Konsumsi makan-makanan bergizi seimbang.
Ketiga, aktif berolahraga. Olahraga penting untuk menyalurkan nutrisi yang dikonsumsi ke seluruh saraf.
"Walau sudah makan nturisi, banyak minum vitamin B, kalau tidak olahraga tentu aliran darah menuju syaraf tidak akan lancar," jelas dr Winnugroho.
Olahraga penting supaya apa yang sudah kita konsumsi, bisa terdistribusi dengan baik.
Terakhir, batasi minuman alkohol dan rokok.
"Karena itu faktor risiko modern. Orang-orang zaman sekarang di perkotaan mungkin faktor risikonya itu," pungkasnya.