Tak Terdeteksi pada Stadium Awal, Kenali Gejala Gagal Jantung yang Bisa Mengancam Nyawa
Gagal jantung merupakan salah satu masalah kesehatan yang berbahaya di dunia. Sering tak terdeteksi tapi langsung mematikan.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Gagal jantung merupakan salah satu masalah kesehatan yang berbahaya di dunia.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Subspesialisasi Gagal Jantung di RS Siloam Kebon Jeruk dr. Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP, FIHA, FESC, menyebutkan gagal jantung merupakan kondisi yang sangat serius dan berpotensi mengancam nyawa.
Baca juga: Meski Didiagnosis Gagal Jantung, Kaisar Kehormatan Jepang Tetap Mengunjungi Institut Biologi
Kondisi ini ditandai dengan ketidakmampuan jantung dalam memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh sehingga mengakibatkan kegagalan dalam suplai darah, nutrisi, dan oksigen ke berbagai organ tubuh.
Kondisi ini juga berkaitan dengan kelainan pada otot jantung, baik berupa otot yang melemah atau kaku, atau pembebanan jantung yang berlebih.
"Penyebab dari kondisi gagal jantung bisa berasal dari berbagai macam penyakit jantung. Penyakit jantung koroner dan penyakit darah tinggi yang tidak terkontrol merupakan penyebab yang paling sering ditemui," kata dia dalam siaran pers yang diterima, Rabu (21/6/2023).
Selain itu, penyebab lain gagal jantung antara lain penyakit jantung katup, kelainan jantung bawaan yang tidak dikoreksi, kelainan otot jantung spesifik (kardiomiopati), penyakit metabolik (kencing manis, gangguan hormon tiroid, kegemukan, anemia), kelainan genetik.
Serta penyakit ginjal kronik, penyakit paru kronik, alkoholisme, infeksi atau peradangan jantung (miokarditis), efek toksik dari obat-obatan (tersering pasca kemoterapi atau radioterapi kanker), dan kelainan otot jantung terkait kehamilan.
Gejala dan Faktor Risiko Gagal Jantung
Gejala-gejala gagal jantung antara lain sesak napas yang memberat seiring waktu, terutama setiap beraktivitas atau berbaring terlentang.
Menurut dr. Paskah, sering kali penderita membutuhkan ganjalan beberapa bantalan kepala saat tiduran agar tidak terasa sesak napas, cepat lelah dan tidak bertenaga saat beraktivitas, bengkak kedua tungkai, perut begah dan membesar, disertai dengan mual dan penurunan nafsu makan, gampang berdebar atau nadi yang cepat, bahkan pingsan, dan batuk-batuk saat tidur malam atau berbaring terlentang.
“Keluhan-keluhan ini terkadang kurang jelas ditemukan pada kasus gagal jantung stadium awal atau pada penderita usia lanjut yang sudah kurang aktif bergerak, sehingga check up rutin pada penderita yang berisiko tinggi sangat dianjurkan untuk dilakukan” lanjut peraih gelar dokter spesialis kardiologi dari Universitas Padjajaran tersebut.
Lebih lanjut, dr. Paskah menjelaskan mengenai beberapa faktor risiko dari kondisi gagal jantung antara lain:
1. Penderita dengan penyakit jantung koroner atau riwayat serangan jantung/tindakan intervensi koroner (pasang stent jantung)/operasi bedah jantung (bypass).
2. Penderita hipertensi kronik, khususnya yang tidak terkontrol, penderita kencing manis lama atau yang tidak terkontrol, kegemukan.
3. Penyakit ginjal kronik stadium lanjut, yang memiliki riwayat penyakit jantung usia dini di keluarga.
4. Penderita kanker yang pernah mendapatkan kemoterapi tertentu atau radioterapi.
5. Serta penderita yang pernah didiagnosis dengan penyakit jantung katup semisal penyakit jantung rematik saat usia relatif muda.
Pemeriksaan dan Terapi untuk Gagal Jantung
Ia menjelaskan terdapat beberapa tahap pemeriksaan untuk kondisi gagal jantung. Pemeriksaan tersebut meliputi:
1. Pemeriksaaan fisik untuk menilai keluhan dan tanda-tanda khas, pemeriksaan rekam jantung (EKG) untuk dugaan adanya kelainan jantung.
2. Pemeriksaan ekokardiografi jantung untuk menilai struktur dan fungsi jantung, pemeriksaan laboratorium darah, untuk penunjang diagnosis (NTproBNP atau BNP) maupun untuk menilai berbagai kelainan penyerta yang berkaitan (misal fungsi ginjal, diabetes melitus, anemia, fungsi tiroid, kadar zat besi, dan lain sebagainya).
3. Pemeriksaan pencitraan lanjut berupa ekokardiografi transesofageal (melalui kerongkongan)/MRI jantung/pencitraan nuklir/CT Scan jantung, juga dapat dilakukan untuk konfirmasi diagnosis maupun menentukan penyebab pasti dari gagal jantung.
Adapun terapi yang dapat digunakan untuk kondisi gagal jantung antara lain:
1. Perubahan gaya hidup, misalnya diet rendah garam dan pembatasan asupan cairan baik dari minum maupun makanan, upaya menurunkan berat bada, meningkatkan kapasitas latihan dan olahraga.
2. Identifikasi dan mengobati penyebab yang mendasari. Misalnya apabila terdapat penyakit jantung koroner yang berat maka dilakukan intervensi pemasangan stent atau bahkan operasi bedah sepintas jantung (bypass).
3. Kombinasi berbagai obat-obatan khusus gagal jantung yang perlu diminum rutin dalam jangka Panjang.
4. Apabila gagal jantung sudah dalam stadium lanjut, maka memerlukan prosedur khusus: misalnya pemasangan pacu jantung khusus untuk sinkronisasi otot jantung (CRT), penjepitan katup mitral yang bocor melalui kateterisasi jantung (klip katup mitral), implantasi mesin pompa jantung buatan (LVAD) secara prosedur bedah jantung, hingga transplantasi jantung.
Selain itu, identifikasi segera melalui skrining atau medical check up sebelum bergejala juga dianjurkan, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko atau berusia lanjut di atas 65 tahun.
Untuk mereka yang memiliki kondisi gagal jantung berat atau stadium lanjut, sangatlah dianjurkan untuk berobat ke fasilitas kesehatan yang memiliki unit pelayanan khusus serta tim yang berdedikasi dalam penanganan gagal jantung seperti yang tersedia di RS Siloam Kebon Jeruk.