Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Dokter Sebut Masyarakat Indonesia Berisiko Tinggi Obesitas Dibanding Negara Lain, Ini Penyebabnya

Setelah Fajri, seorang pria dari Jakarta Timur bernama Ahmad Juwanto mengalami obesitas dengan tubuh berbobot 200 kilogram.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Dokter Sebut Masyarakat Indonesia Berisiko Tinggi Obesitas Dibanding Negara Lain, Ini Penyebabnya
TribunJakarta
Kolase foto Kondisi Ahmad Juwanto (19) yang mengalami obesitas hingga memiliki berat lebih dari 200 kilogram, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (5/7/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Beberapa waktu terakhir, pemberitaan ramai perihal orang-orang yang berbobot hingga ratusan kilogram.

Setelah Fajri, seorang pria dari Jakarta Timur, bernama Ahmad Juwanto mengalami obesitas dengan tubuh berbobot 200 kilogram.

Pengurus Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub Endokrin Dr dr EM Yunir SpPD KEMD mengatakan, jika dibandingkan dengan orang luar negeri, masyarakat Indonesia lebih berisiko cepat obesitas.

Baca juga: Begini Kaitan Obesitas dan Masalah Kesehatan Mental

"Negara barat karena postur tubuh orang tersebut lebih tinggi dari rata-rata kita. Kadang-kadang mereka kan tingginya 180 sentimeter. Jadi berat badan mereka biasanya memang sudah besar," ungkapnya apda media briefing virtual, Senin (10/7/2023).

Faktor lain penyebab terjadinya obesitas ekstrim karena konsumsi karbohidrat yang sangat tinggi.

Apa lagi di Indonesia masih ada anggapan belum dikenyang jika tidak mengonsumsi nasi.

Berita Rekomendasi

"Belum dikatakan makan jika belum makan nasi. Walau pun sudah jajan macam-macam, makan jumlah kalori tinggi, tapi belum ketemu nasi, berarti belum makan," tutur dr Yunir.

Lebih lanjut, dr Yunir mengungkapkan faktor lain.

Sedari awal, mungkin butuh waktu yang lama hingga mencapai bobot berlebih.

Lalu pada satu titik, muncul masalah terhadap rasa kenyang pada orang yang sudah mengalami kegemukkan.

Rasa kenyang jadi menurun, sehingga walau sudah makan banyak, masih belum merasa kenyang.

"Sehingga akan tetap berusaha untuk makan. Mencari makanan lagi untuk menutupi, atau mengatasi rasa laparnya. Itu yang mungkin terjadi," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas