Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Targetkan Eliminasi Campak Secepatnya di Tahun 2023
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menargetkan eliminasi campak dan rubella secepatnya untuk tahun 2023.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah gelombang pandemi Covid-19, cakupan vaksinasi anak terus menurun hingga mencapai rekor tertinggi di tahun 2021 yakni 40 juta anak melewatkan dosis vaksin campak.
Kondisi ini juga tentu membuat jutaan anak rentan terhadap infeksi bahkan diperkirakan 128.000 orang meninggal dunia akibat campak pada tahun 2021 dan kasus ini didominasi oleh anak di bawah usia lima tahun.
Jika dibandingkan dengan kasus campak 2021 lalu, peningkatan kasus campak di Indonesia kini cukup signifikan, yakni kurang lebih 32 kali lipat, sementara itu, ada sekitar lebih dari 1,7 juta bayi di Indonesia yang belum mendapatkan vaksin dasar selama periode 2019-2021.
Saat ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menargetkan eliminasi campak dan rubella secepatnya untuk tahun 2023.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atas tingginya penularan campak di Indonesia dan hasil laporan, kasus penularan campak ada di 31 provinsi hingga Desember 2022 lalu.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan dr. Prima Yosephine, MKM mengatakan yang dikhawatirkan dari campak adalah komplikasi karena dapat menyebabkan diare berat hingga kematian.
“Komplikasi campak ini umumnya berat, kalau campak mengenai anak yang gizinya jelek maka anak ini bisa langsung disertai komplikasi seperti diare berat, pneumonia, radang paru, radang otak, infeksi di selaput matanya sampai menimbulkan kebutaan. Ini yang kita khawatirkan,” ujar dr. Yosephine dalam sebuah kesempatan.
Gejala campak muncul 7 hingga 14 hari setelah kontak dengan virus dan biasanya meliputi demam tinggi, batuk, pilek, dan mata berair.
Kemudian ruam campak muncul 3 sampai 5 hari setelah gejala pertama.
Berikut merupakan tanda dan gejala campak yang perlu diketahui dan diwaspadai oleh orangtua terhadap anak yakni 7 – 14 hari setelah infeksi campak: gejala pertama muncul demam tinggi, batuk, pilek, mata merah dan berair (konjungtivitis).
Dua atau tiga hari setelah gejala muncul timbul bintik putih (bintik kolpik) di dalam mulut dan setelah 3-5 hari setelah gejala muncul yakni ruam campak (bintik merah datar) yang menyebar pada tubuh, benjolan kecil-kecil dapat muncul di atas bitnik merah yang rata, bintik-bintik pada kulit dapat menyatu saat menyebar ke seluruh tubuh, serta demam tinggi yang melonjak sampai suhu 40oC.
Campak merupakan salah satu penyakit dalam golongan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Baca juga: Kasus Campak di Provinsi Papua Tengah Meningkat, Rendahnya Cakupan Vaksinasi Jadi Penyebab
Campak juga adalah salah satu virus manusia yang paling menular dan hampir seluruhnya dapat dicegah melalui vaksinasi sehingga kesadaran orang tua terhadap program vaksin anak pada saat ini sangatlah penting.
Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou mengatakan, vaksinasi adalah tindakan preventif, oleh sebab itu orangtua diharapkan memberikan vaksin secara bertahap kepada anak sehingga anak-anak tumbuh sehat.
"Imunisasi rutin seperti vaksinasi campak, gondongan dan rubella penting dilakukan dalam mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian bayi dan anak,” kata George.
Dikatakannya, ada dua jenis vaksin yang tersedia, yaitu MR (measles, rubella) dan MMR (measles, mumps, dan rubella). M-M-R II® diindikasikan untuk imunisasi aktif dalam pencegahan campak, gondok, dan rubella pada individu berusia 12 bulan atau lebih dan menerima persetujuan FDA pada tahun 1978.
"Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan pemberian vaksin campak rubella (MR) diberikan saat anak berusia 9 bulan. Jika sampai berusia 12 bulan anak belum mendapatkan vaksin MR dapat diberikan MMR mulai usia 12-15 bulan, dosis kedua 5-7 tahun," kata George.