Postpartum Depression pada Ibu Ganggu Tumbuh Kembang Anak, Bahkan Stunting
Ibu yang mengalami postpartum depression biasanya mudah marah dan sulit membangun ikatan dengan bayinya.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Menurut dr Ulul, angka kejadiannya cukup tinggi.
Satu sampai dua dari seribu kelahiran, 25 persen terjadi pada kehamilan pertama dan 20 persen pada erempuan yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (multipara).
Dan secara global, postpartum depression hampir 10-15 persen pada proses persalinan.
"Ketika 100 orang melahirkan satunya depresi. Kalikan di Indonesia. Anggap saja ada 10 rib (kelahiran). Maka ada sekitar 1000 kejadian dari pospartum depression ini," jelas dr Ulul.
Di Indonesia, kata dr Ulul terjadi 50-70 persen ibu alami stres usai melahirkan.
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya stres pada ibu.
"Mungkin ada faktor trauma nyeri, proses persalinannya, atau mungkin sebelum tragedi kehamilan terjadi proses yang memengaruhi faktor psikologinya," jelas dr Ulul.
Selain itu ada faktor lain yang mendorong terjadinya postpartum depression.
Bisa karena buah pikir dari aspek ekonomi, bagaimana bubungan suami hingga orangtua.
Serta membesarkan anaknya karena tidak siap dan sebagainya.
Keluarga dan suami cenderung tidak Paham Kasus
Menurut dr Ulul, Kadang-kadang pasangan tidak paham jika istri mengalami gangguan kesehatan mental seperti postpartum depression.
Saat alami postpartum, ibu cenderung menarik diri, tidak mau makan, susah tidur, bahkan alami gangguan psikomotorik.
Ibu bahkan memiliki keinginan untuk bunuh diri.
"Satu sisi secara emosi pasangan kadang tidak paham. Dipikirnya karena capek, mengurus bayi, bergadang, dan sebagainya," papar dr Ulul.