Postpartum Depression pada Ibu Ganggu Tumbuh Kembang Anak, Bahkan Stunting
Ibu yang mengalami postpartum depression biasanya mudah marah dan sulit membangun ikatan dengan bayinya.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak semua ibu merasa bahagia setelah melahirkan hingga berisiko mengalami postpartum depression.
Hal ini diungkapkan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (Sekjen PB IDI) dr Ulul Albab, SpOG.
Postpartum depression cukup serius karena tidak hanya bisa berdampak pada ibu saja, namun juga pada tumbuh kembang anak.
"Efek dari depresi postpartum ini berefek pada (perkembangan) psikologis, kognitif, neurologi pada bayi," ungkapnya pada media briefing virtual, Jumat (4/8/2023).
Baca juga: 3 Cara Mencegah Depresi Postpartum pada Ibu Usai Melahirkan
Selain itu, kata dr Ulul, bukan tidak mungkin postpartum depression bisa mengakibatkan anak stunting.
"Bukan tidak mungkin maka efek depresi ini bisa berpengaruh tumbuh kembang bayi, dan berkontribusi penyumbang stunting di Indonesia," tegasnya.
Postpartum sendiri merupakan gangguan setelah melahirkan. Biasanya berlangsung cukup lama 2-6 minggu setelah melahirkan.
Postpartum Depression terbilang berbahaya.
Karena setelah melahirkan, ibu berharap bisa bahagia, menyusui sang bayi dan memberikan kasih sayang yang optimal.
Namun jika seorang ibu secara psikologi terganggu, tentu tidak akan optimal melakukan hal-hal di atas.
Gejalanya berupa susah tidur, hilang nafsu makan, gampang marah. Ibu yang mengalaminya pun kesulitan membangun ikatan dengan bayi.
Bahkan beberapa teori mengatakan bahwa depresi postpartum bisa terjadi dua jam usai melahirkan.
Angka kejadian cukup tinggi