Mengenal Metode Renal Denervation, Bantu Pasien Hipertensi yang Resisten Obat
Jika hipertensi tidak kunjung terkontrol, maka pemberian obat-obatan diperlukan. Namun, sebagian pasien mengalami resisten obat.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga gagal ginjal.
Jika hipertensi tidak kunjung terkontrol, maka pemberian obat-obatan pun diperlukan.
Namun, sebagian orang masih mengalami kendala tidak mempan atau resisten dengan kombinasi beberapa obat penurunan tekanan darah.
Jika sudah begini, pasien perlu ditindak menggunakan Teknologi Denervasi Ginjal (Renal Denervation), yaitu prosedur minimal invasif tanpa bedah.
Baca juga: Begadang dan Minum Kopi Bisa Hipertensi, Benarkah? Begini Kata Dokter
Hal ini diungkapkan oleh Heartology Cardiovascular Hospital. Dr. dr. Faris Basalamah, Sp.JP(K).
Teknologi Denervasi Ginjal ini terbilang canggih.
Karena menggunakan gelombang radio yang menyasar saraf simpatetik untuk secara aktif mengatur tekanan darah supaya dapat terkendali.
Prosedur ini hanya dengan memasukkan kateter lewat arteri femoralis (arteri besar pada pangkal paha).
Setelah kateter dimasukkan, maka dapat mengeluarkan gelombang radio intens yang diarahkan pada saraf-saraf di sekitar ginjal.
Saraf sekitar ginjal berperan pada mekanisme hipertensi.
Lantas siapa saja yang bisa menggunakan teknologi Renal Denervation ini?
Menurut dr Faris setidaknya ada tiga kelompok yang bisa melakukan metode ini.
"Pertama, metode ini dilakukan terutama pada pasien yang sudah tidak mempan dengan kombinasi beberapa obat penurunan tekanan darah," ungkapnya pada media briefing yang diselenggarakan Heartology di Jakarta, Rabu (23/8/2023).