Anak-anak Rentan Terhadap Polusi Udara, Ganggu Kesehatan Anak dari Tiga Hal Ini
Hal tersebut dapat terjadi karena polutan udara yang tertelan dapat menyebabkan disbiosis atau ketidakseimbangan mikrobiota usus.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak-anak lebih rentan terhadap polusi udara.
Hal ini diungkapkan oleh Peneliti Studi “The Notorious Triumvirate in Pediatric Health: Air Pollution, Respiratory Allergy, and Infection”, Prof. Dr. dr. Anang Endaryanto, SpA(K), MARS.
"Anak-anak lebih rentan terhadap polusi udara. Secara fisiologis, organ tubuh mereka seperti otak dan paru-paru masih dalam tahap pertumbuhan," ungkap dr Anang pada keterangannya, Selasa (13/9/2023).
Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap masalah kesehatan akibat polusi udara.
Di lingkungan yang kurang bersih, anak-anak akan lebih banyak terpapar polusi udara, terutama karena mereka sering berada di luar ruangan.
Baca juga: Paparan Polusi Bisa Picu Munculnya Alergi kepada Anak
Meskipun masih dalam penelitian, angka gangguan alergi pernapasan dan infeksi pada anak tetap tinggi di daerah dengan tingkat polusi yang tinggi.
Hal ini disebabkan oleh polusi udara yang memicu reaksi peradangan yang memperburuk alergi pernapasan.”
Penelitian terbaru lainnya bertajuk “The Impact of Air Pollution on Gut Microbiota and Children’s Health: An Expert Consensus” menunjukkan bahwa polusi udara dapat mempengaruhi kesehatan anak secara langsung melalui tiga jalur.
Yaitu jalur perkembangan saraf, kekebalan tubuh, dan kardiometabolik.
Hal tersebut dapat terjadi karena polutan udara yang tertelan dapat menyebabkan disbiosis atau ketidakseimbangan mikrobiota usus.
Sehingga dapat memicu respons sistem imun yang menimbulkan reaksi alergi pada anak.
Partikel polutan udara dapat mempengaruhi sel epitel yang merupakan lapisan pelindung usus.
Baik secara langsung maupun setelah diserap oleh mikrobiota usus.
Kedua proses tersebut dapat menyebabkan melemahnya lapisan pelindung usus.
Hal ini memungkinkan kuman bakteri dan polutan dari udara menembus lebih dalam ke lapisan dinding usus.
Akibatnya, interaksi yang lebih aktif di antara sel-sel imun dan memicu peradangan.
"Sehingga mengubah komposisi mikrobiota usus agar lebih sesuai dengan perubahan lingkungan di pencernaan," pungkasnya.