Peran Bidan Vital Bagi Kesehatan Ibu dan Anak, Namun Masih Ada Stigma Negatif Tentang Mereka
Sayangnya, stigma negatif yang terlanjur muncul memiliki dampak negatif pada kesejahteraan mental dan profesionalisme mereka.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM - Masih ada anggapan atau stigma menyebut bidan kurang berkualifikasi dibandingkan dokter anak dalam urusan kesehatan ibu dan bayi.
Namun, pandangan itu keliru karena bidan memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam merawat ibu hamil, persalinan, dan pascapersalinan.
Bidan juga profesional yang berlatih secara ketat untuk memberikan pelayanan yang aman dan berkualitas.
Baca juga: Bantahan Orang Tua Bayi yang Meninggal setelah Disuntik Bidan: Anak Saya Cuma Minum ASI
Sayangnya, stigma negatif yang terlanjur muncul memiliki dampak negatif pada kesejahteraan mental dan profesionalisme mereka.
Sebagian bidan mungkin merasa tidak dihormati atau diabaikan atas pekerjaan mereka, yang dapat mengganggu pelayanan kesehatan yang mereka berikan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ada 336.984 bidan di Indonesia pada 2022. Jumlahnya naik 16,73 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 288.686 bidan.
Di Jawa Barat sendiri, jumlah bidan sebanyak 33.046 orang.
Baca juga: Bidan di Ogan Ilir Sumsel Dilaporkan Usai Bayi yang Disuntik Meninggal, Ini Penjelasan Orangtua
Untuk Bandung Raya smemiliki sekitar 1.500 bidan yang aktif dalam berbagai kapasitas. Meskipun jumlah ini cukup besar, masih diperlukan peningkatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang terus berkembang.
Bidan Neng Ira, salah satu bidan di wilayah Kabupaten Bandung Barat menceritakan pengalaman saat dirinya bekerja sebagai bidan.
“Amanah seorang bidan itu sangat berat, bukan hanya perkara dunia tapi juga akhirat. Bidan itu dekat dengan hal-hal yang sebenarnya sangat ingin dihindari seperti aborsi ataupun kematian ibu hamil dan bayi,” ucap Ira.
Bagi Neng Ira, hal-hal seperti itu juga yang menuntut bidan memiliki keimanan dan karakter yang kuat.
Bukan hanya mental dan fisik yang dibutuhkan dalam proses persalinan, namun dari dalam diri seorang bidan harus tertanam nilai-nilai keagamaan sehingga jauh dari hal-hal yang menjerumuskan bidan dan pasien ke dalam dosa.
“Mendengar tangisan bayi pada saat lahiran adalah kebahagiaan saya. Tangisan bayi itu kebahagiaan. Saya merasa berguna sekali,” lanjutnya.
Ira pun menjelaskan jika memberikan pelayanan dengan berlandaskan cinta kasih merupakan hal yang ingin dilakukan oleh setiap bidan termasuk dirinya.